Ambon (ANTARA) - Warga Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara (Malut), panik terdampak gempa Jailolo dengan magnitudo 7,1 pada Jumat dini hari pukul 01.17 WIT.

Salah seorang tokoh masyarakat Tobelo, Pdt. Jopi Soselissa, dihubungi dari Ambon mengatakan, guncangan gempa membuat warga ibu kota Kabupaten Halmahera Utara kaget dari tidur dan berlarian keluar rumah karena takut bangunan roboh maupun gempa susulan.

"Guncangan gempa terasa cukup kuat sehingga lari keluar rumah karena takut gempa susulan maupun tsunami," ungkapnya.

Baca juga: Gempa Jailolo-Malut dimutakhirkan magnitudonya jadi 7,1

Dia mengakui, sebagian warga mengungsi ke kawasan lebih tinggi karena takut tsunami dengan adanya peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Kami mengikuti perkembangan gempa melalui aplikasi BMKG. Apalagi, saya mempunyai anak perempuan di Manado, Sulawesi Utara, yang telah menyampaikan dampak gempa Jailolo terasa guncangannya kuat di Manado," ujar Jopi.

Salah seorang warga Jailolo, Veky Dasmasella melalui WhatsApp (WA) memberitahukan guncangan gempa terasa sangat kuat.

Hanya saja, ketika dihubungi melalui telpon genggam (HP) tidak dijawab.

Baca juga: BMKG ingatkan pemda waspada potensi tsunami akibat gempa di Malut

Gempa yang terjadi pukul 01:17:43 WIT tersebut terjadi di lokasi 1.67 LU, 126.39 BT atau kira-kira 137 kilometer Barat Laut Jailolo-Maluku Utara pada kedalaman 73 kilometer.

Gempa tersebut dirasakan IV-V MMI di Kota Bitung, Kota Manado dan Ternate, II MMI di Buol, Sulawesi Tengah.

"Status ancaman tsunami untuk wilayah Sulawesi Utara adalah waspada," sebut Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Sulawesi Utara, Edward H Mengko.

Untuk status waspada, diperkirakan ketinggian air maksimum 0,5 meter, sementara status peringatan dini tsunami belum berakhir.

Baca juga: BMKG : Gempa Jailolo-Malut akibat aktivitas subduksi lempeng

Baca juga: Gempa Jailolo-Malut terasa hingga Kota Manado