Beijing (ANTARA) - Tiga akademisi dari Indonesia mendapat kesempatan memberikan paparan dalam simposium tentang "Vitalizing and Booming ASEAN-China People to People Exchanges" di Shanghai.

Presentasi para akademisi dari Indonesia menarik perhatian peserta simposium, termasuk perwakilan korps diplomatik negara-negara ASEAN di China, demikian keterangan tertulis Konsulat Jenderal RI di Shanghai kepada Antara di Beijing, Kamis.

Dalam kegiatan yang digelar di kampus Shanghai International Studies University (SISU) itu, Eryan Ramadhani, mengawali paparan ilmiahnya berjudul "Young and Vulnerable, Indonesian Millenials Inside the Vortex of Identity Politics".

Pelajar asal Indonesia yang sedang melanjutkan pendidikan di Fudan University Shanghai itu menganalisis persepsi generasi muda dalam perkembangan politik terakhir di dalam negeri.

Kemudian Putri Rakhmadani Nur Rimbawati membawakan materi tentang "The Role of NGO in Digital Advocacy Campaign in Raise Children Living with HIV/AID in Indonesia".

Mahasiswi Indonesia di Shanghai Jiao Tong University itu membagikan pengalamannya tentang peranan lembaga nonpemerintahan dalam membantu kehidupan anak-anak yang hidup dengan orang tua penderita HIV/AIDS (ODHA).

Turut memberikan presentasi pula seorang perwakilan dari Universitas Udayana Denpasar, I Wayan Mulyawan.

Perwakilan dari perguruan tinggi terkemuka di Pulau Bali itu berbicara tentang warga keturunan Tionghoa di Pulau Dewata.

Simposium yang digelar oleh ASEAN-China Centre (ACC) bekerja sama dengan "School of Asian and African Studies" sebagai salah satu perguruan tinggi di wilayah timur daratan China yang membuka jurusan Bahasa Indonesia.

Hubungan antarmasyarakat menjadi salah satu pilar penting dalam kemitraan ASEAN- China khususnya dalam mengembangkan fondasi hubungan sosial dan budaya, demikian KJRI Shanghai.

Baca juga: Pelindo I gandeng Belanda-China garap Fase 2 Kuala Tanjung

Baca juga: Indonesia-China tandatangani kontrak bisnis 61,4 juta dolar AS