Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk megantongi laba bersih Rp801 miliar pada kuartal III 2019, setelah perseroan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 21,34 persen untuk persiapan mengikuti aturan baru Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 pada 2020.

Plt. Direktur Utama Bank BTN Oni Febriarto R di Jakarta, Kamis, mengatakan nilai CKPN BTN itu naik 21,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp1,79 triliun menjadi Rp2,18 triliun pada September 2019. Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67 persen pada September 2019 dari 38,58 persen di bulan yang sama tahun lalu.

Baca juga: Bidik pembiayaan berkelanjutan, BTN masuk ke indeks saham SRI-Kehati

Adapun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 merupakan standar internasional untuk pelaporan keuangan (International Financial Reporting Standards/IFRS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) dan akan diikuti perbankan pada 2020.

"Dengan peningkatan alokasi ke CKPN tersebut, laba bersih kami berada di posisi Rp801 miliar pada kuartal tiga ini. Hingga akhir tahun, kami membidik rasio CKPN terus naik ke level di atas 70 persen," kata Oni.

Oni mengklaim perolehan laba bersih tersebut disumbang pendapatan bunga perseroan serta efisiensi yang dilakukan. Pendapatan bunga BTN naik sebesar 17,97 persen (yoy) menjadi Rp19,3 triliun atau berada di atas pertumuhan kredit yang sebesar 16,75 persen (yoy).

BTN menerapkan efisiensi dengan menekan pertumbuhan biaya operasional di luar CKPN yang hanya sebesar 1,3 persen (yoy) per September 2019. Angka tersebut turun di bawah kenaikan biaya operasional di luar CKPN pada 2018 sebesar 11,2 persen (yoy). Kenaikan beban biaya operasional tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan aset 16,1 persen (yoy) per September 2019.

Oni merinci pendapatan bunga Bank BTN ditopang penyaluran kredit perseroan yang naik sebesar 16,75 persen menjadi Rp256,93 triliun. Kenaikan kredit tersebut ditopang pertumbuhan positif pada KPR Subsidi sebesar 25,54 persen (yoy) dari Rp88,92 triliun menjadi Rp111,64 triliun per kuartal III 2019.

Menurut Oni, hingga akhir tahun nanti, BTN tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, perbaikan kualitas, dan penyesuaian dengan likuiditas dalam penyaluran kreditnya. Dengan fokus tersebut, dia mengklaim perseroan membidik pertumbuhan kredit yang lebih realistis yakni 8-10 persen (yoy).

Untuk menopang intermediasi, pada kuartal III 2019, BTN mencatatkan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,1 persen (yoy) menjadi Rp230,35 triliun. Dengan capaian penyaluran kredit dan penghimpunan DPK, aset BTN naik 16,12 persen (yoy) dari Rp272,3 triliun pada kuartal III 2018 menjadi Rp316,21 triliun.

Program Satu Juta Rumah

Per September 2019, BTN juga mengucurkan kredit perumahan untuk 610.526 unit rumah atau senilai Rp50,74 triliun. Menurut Oni, pencapaian tersebut setara 76,31 persen dari total target BTN dalam mendukung program nasional ini.

"Secara total, hingga akhir tahun nanti, BTN membidik akan menyalurkan kredit perumahan untuk 800.000 unit rumah," kata dia.

Adapun, penyaluran tersebut terdiri atas kredit perumahan untuk 315.845 unit hunian subsidi senilai Rp9,17 triliun. Kemudian, untuk segmen non-subsidi, BTN telah memberikan kredit perumahan untuk 135.791 unit rumah atau setara Rp14,99 triliun.

Baca juga: KPR BP2BT BTN mulai diakses pengembang
Baca juga: Peruri-BPJS TK-BTN kerja sama penyediaan rumah