Purwakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian mendorong agar para petani bawang merah beralih ke penggunaan benih biji dengan teknologi "true shallot seed", tidak lagi melalui cara konvensional dengan menggunakan umbi bawang merah sebagai bibit.

"Kami akan mendorong petani untuk menggunakan benih biji dengan teknologi true shallot seed," kata Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, usai membuka Seminar Budidaya Bawang Merah di kompleks PT East West Seed Indonesia, Kabupaten Purwakarta, Jabar, Kamis.

Ia mengatakan, para petani yang menanam bawang merah perlu menggunakan teknologi "true shallot seed", karena cara itu cukup efisien dan bisa menguntungkan petani.

Dengan menggunakan benih biji melalui teknologi "true shallot seed", petani bawang merah akan meraih banyak keuntungan dibandingkan dengan cara konvensional menggunakan bibit umbi bawang merah.

Dirjen Hortikultura ini menyontohkan, untuk harga benih biji tersebut lebih murah dibandingkan dengan cara konvensional menggunakan bibit umbi.

Menurut dia, produktivitasnya juga cukup tinggi. Di beberapa daerah yang sudah menggunakan benih biji itu mampu memanen bawang merah hingga 18-20 ton per hektare. Sedangkan saat menggunakan bibit umbi, yang dipanen biasanya hanya 10-12 ton per hektare.

"Jadi kami akan mendorong agar teknik atau inovasi true shallot seed ini dilaksanakan oleh petani bawang merah," katanya.

Sementara itu, Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Glenn Pardede menyampaikan penggunaan true shallot seed dalam menanam bawang merah itu akan menciptakan pertanian yang efektif.

"Penggunaan inovasi ini bisa menghemat biaya produksi dan meningkatkan produksi," katanya.

Jika menggunakan bibit umbi bawang merah, yang dibutuhkan mencapai 1,5 ton bibit per hektare dengan biaya sebesar Rp45 juta.

Sedangkan dengan menggunakan inovasi true shallot seed, hanya memerlukan 5 kilogram benih dengan biaya sekitar Rp10 juta per hektare.

Menurut dia, ada tiga keuntungan yang bisa diperoleh petani jika menggunakan true shallot seed. Di antaranya ialah biaya transportasi lebih murah karena berbentuk biji, benihnya bisa disimpan lebih lama maksimal dua tahun selama tidak terkena matahari.

Keuntungan lainnya, lebih sedikit terserang penyakit karena benih itu tidak membawa virus dan jamur. Selain itu, pemakaian pupuk juga menjadi lebih efisien.

Ewindo sendiri telah mengenalkan benih bawang merah sejak 2007. Di antaranya varietas benih bawang merah Lokananta dan varietas benih bawang merah Sanren F1. Varietas benih bawang merah tersebut diakuinya ditemukan oleh peneliti Indonesia.


Baca juga: Metode TSS tanaman bawang pangkas biaya bibit hingga Rp35 juta/hektare
Baca juga: Pemkab Kulon Progo lepas benih unggul bawang merah Siem ke pasar
Baca juga: Perusahaan benih di Belanda bantu petani kembangkan bawang merah