Presiden: Pemindahan ibu kota negara bukan sekedar pindah tempat
14 November 2019 15:45 WIB
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono (kiri), dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) dalam suatu diskusi bertema "Makmur dan Terhubung Berkat Infrastruktur" di Jakarta, Kamis (14/11/2019. (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pemindahan ibu kota negara bukan sekedar pindah tempat tetapi pola pikir dan budaya.
"Gagasan besar kita tak hanya ingin pindah tempat, namun juga pindah pola pikir dan budaya kerja. Harus pindah semuanya. Orang ikuti sistem dan ini yang akan kita bangun," ujar Presiden dalam suatu diskusi bertema "Makmur dan Terhubung Berkat Infrastruktur" di Jakarta, Kamis.
Maka itu, Presiden menyampaikan ibu kota negara yang baru nantinya harus memiliki konsep terstruktur yang menunjukkan Indonesia baru dan memiliki peradaban baru. Dengan begitu, Indonesia menjadi tempat pertemuan para talenta lokal maupun global.
"Harus ada daya tarik yang kuat sehingga ibu kota ini betul-betul memang sebuah Indonesia yang baru dan peradaban yang baru," kata Presiden.
Baca juga: Presiden ingin ibu kota baru dibangun berkonsep "smart metropolis"
Salah satu hal terpenting membangun ibu kota baru, menurut Kepala Negara, ke depan diperlukan sistem klaster untuk semua layanan sehingga terbentuk kota berkualitas dengan standar dunia.
"Dan yang ingin kita bangun juga bukan hanya gedung pemerintahan. Namun kita ingin ada sebuah peradaban baru di ibu kota ini. Ada klaster-klaster pemerintahan, pelayanan pendidikan (TK hingga Universitas), juga di pelayanan kesehatan ada cluster rumah sakit," paparnya.
Tak lupa, Jokowi menyampaikan keinginannya untuk membangun universitas berkualitas yang masuk dalam 50 besar dunia.
Jokowi optimistis Indonesia akan menjadi sebuah negara besar, hingga pada suatu titik nanti akan menjadi negara yang masuk dalam ekonomi terkuat lima besar dunia.
Baca juga: Jokowi akan bangun ibu kota baru dengan sistem klaster
Selain itu, Kepala Negara juga menginginkan ibu kota baru nantinya memiliki konsep hijau dan bebas emisi. Dengan demikian, fasilitas infrastruktur yang paling diutamakan adalah untuk pejalan kaki.
Kemudian, dibangun juga fasilitas bagi pesepeda. Dan terakhir fasilitas transportasi publik yang tentunya dengan bahan bakar yang bebas emisi.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengatakan perkembangan terakhir pembentukan ibu kota baru masih dalam proses lomba, untuk gagasan desain yang diikuti oleh 755 peserta.
"Banyak sekali yang ingin ikut mendesain. Ide dan gagasan besarnya dulu. Saya sampaikan ke mereka, kita ingin ibu kota ini 'compact city', terinstall sebuah sistem yang baik, dan green dan zero emission," Jokowi menegaskan.
Pemerintah telah menetapkan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menjadi lokasi ibu kota baru.
Baca juga: Desain ibu kota baru diharapkan diterjemahkan visi katalis peradaban
"Gagasan besar kita tak hanya ingin pindah tempat, namun juga pindah pola pikir dan budaya kerja. Harus pindah semuanya. Orang ikuti sistem dan ini yang akan kita bangun," ujar Presiden dalam suatu diskusi bertema "Makmur dan Terhubung Berkat Infrastruktur" di Jakarta, Kamis.
Maka itu, Presiden menyampaikan ibu kota negara yang baru nantinya harus memiliki konsep terstruktur yang menunjukkan Indonesia baru dan memiliki peradaban baru. Dengan begitu, Indonesia menjadi tempat pertemuan para talenta lokal maupun global.
"Harus ada daya tarik yang kuat sehingga ibu kota ini betul-betul memang sebuah Indonesia yang baru dan peradaban yang baru," kata Presiden.
Baca juga: Presiden ingin ibu kota baru dibangun berkonsep "smart metropolis"
Salah satu hal terpenting membangun ibu kota baru, menurut Kepala Negara, ke depan diperlukan sistem klaster untuk semua layanan sehingga terbentuk kota berkualitas dengan standar dunia.
"Dan yang ingin kita bangun juga bukan hanya gedung pemerintahan. Namun kita ingin ada sebuah peradaban baru di ibu kota ini. Ada klaster-klaster pemerintahan, pelayanan pendidikan (TK hingga Universitas), juga di pelayanan kesehatan ada cluster rumah sakit," paparnya.
Tak lupa, Jokowi menyampaikan keinginannya untuk membangun universitas berkualitas yang masuk dalam 50 besar dunia.
Jokowi optimistis Indonesia akan menjadi sebuah negara besar, hingga pada suatu titik nanti akan menjadi negara yang masuk dalam ekonomi terkuat lima besar dunia.
Baca juga: Jokowi akan bangun ibu kota baru dengan sistem klaster
Selain itu, Kepala Negara juga menginginkan ibu kota baru nantinya memiliki konsep hijau dan bebas emisi. Dengan demikian, fasilitas infrastruktur yang paling diutamakan adalah untuk pejalan kaki.
Kemudian, dibangun juga fasilitas bagi pesepeda. Dan terakhir fasilitas transportasi publik yang tentunya dengan bahan bakar yang bebas emisi.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengatakan perkembangan terakhir pembentukan ibu kota baru masih dalam proses lomba, untuk gagasan desain yang diikuti oleh 755 peserta.
"Banyak sekali yang ingin ikut mendesain. Ide dan gagasan besarnya dulu. Saya sampaikan ke mereka, kita ingin ibu kota ini 'compact city', terinstall sebuah sistem yang baik, dan green dan zero emission," Jokowi menegaskan.
Pemerintah telah menetapkan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menjadi lokasi ibu kota baru.
Baca juga: Desain ibu kota baru diharapkan diterjemahkan visi katalis peradaban
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: