Jakarta (ANTARA) - Fasilitas pusat data atau data center terbesar dengan critical IT load sebesar 12 Megawatt (MW) di Indonesia siap beroperasi pada tahun 2020.

Gedung data center ketiga yang dinamakan JK3 dan dibangun oleh perusahaan lokal penyedia layanan pusat data yakni PT DCI Indonesia tersebut, merupakan salah satu bagian dari fasilitas hyperscale data center terbesar di Indonesia.

"Sebagai perusahaan Indonesia, DCI siap menjadi pionir yang menghadirkan fasilitas hyperscale data center terbesar di Indonesia," ujar CEO DCI Toto Sugiri di Jakarta, Rabu.

Toto mengatakan bahwa dengan hadirnya fasilitas Gedung JK3 ini, pihaknya ingin mempertegas komitmen dan keseriusan dalam mendukung perkembangan ekonomi digital Indonesia menjelang era Revolusi Industri 4.0.

Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan mengalami lonjakan permintaan terhadap kebutuhan hyperscale data center khususnya menjelang Revolusi Industri 4.0.

Transformasi teknologi digital seperti Cloud Computing, Big Data dan Internet of Things (IoT) akan menuntut pengolahan data berskala besar, sehingga dibutuhkan fasilitas data center yang handal, scalable, dan dengan keamanan tinggi.

Melonjaknya pertumbuhan perusahaan startup (rintisan) di Indonesia, yang ditandai dengan lima perusahaan unicorn hingga akhir 2019 ini, serta melihat potensi pertumbuhan ekonomi digital yang tergolong pesat, yang diprediksi akan menjadi 133 miliar dollar AS di tahun 2025, menjadi sebuah legitimasi bahwa kebutuhan layanan komputasi awan atau cloud adalah suatu keniscayaan bagi keberlangsungan bisnis startup.

President Asosiasi Penyelenggara Pusat Data Indonesia atau Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan pihaknya menyambut baik komitmen DCI sebagai penyedia pusat data lokal yang mampu memenuhi kebutuhan data center di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Perusahaan berbasis teknologi informasi membutuhkan dukungan infrastruktur data center yang handal, scalable, dan aman.

Baca juga: Asosiasi: Pertumbuhan industri pusat data hampir 30 persen