Wamenhan ingin "big data" kuat untuk pertahanan
13 November 2019 20:18 WIB
Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono saat meninjau ke Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Pusat Pertahanan Siber (Pushanaiber), dan Balitbang, Kemenhan, di Jakarta, Rabu (13/11/2019) (Dok Biro Humas Kemenhan)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono menginginkan adanya "big data" yang kuat untuk menjaga pertahanan nasional guna mengantisipasi era perang informasi di masa yang akan datang.
"Kita butuh 'big data' yang kuat, akurat, dengan arsitektur terintegrasi guna mendukung adanya keputusan strategis bagi pertahanan nasional," katanya, lewat pernyataan tertulis, di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Wamenhan: Industri strategis perlu kembangkan pertahanan siber
Baca juga: Wahyu Trenggono, "Raja Menara" jadi Wakil Menteri Pertahanan
Hal tersebut disampaikannya usai melaksanakan kunjungan kerja ke Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Pusat Pertahanan Siber (Pushanaiber), dan Balitbang Kemenhan di Jakarta.
Menurut dia, "big data" yang ideal untuk pertahanan nasional harus mampu menyajikan data yang akurat, lengkap, "real time", hingga mampu melakukan "profiling" dengan dukungan analitik yang kuat.
"Kuncinya itu di kemampuan analitik. Soalnya, ke depan banyak kecerdasan buatan digunakan untuk serangan siber," katanya.
Jadi, kata Sakti, selain kekuatan alusista yang harus dimiliki, Indonesia juga harus punya kekuatan siber.
"Kita butuh 'big data' yang kuat, akurat, dengan arsitektur terintegrasi guna mendukung adanya keputusan strategis bagi pertahanan nasional," katanya, lewat pernyataan tertulis, di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Wamenhan: Industri strategis perlu kembangkan pertahanan siber
Baca juga: Wahyu Trenggono, "Raja Menara" jadi Wakil Menteri Pertahanan
Hal tersebut disampaikannya usai melaksanakan kunjungan kerja ke Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Pusat Pertahanan Siber (Pushanaiber), dan Balitbang Kemenhan di Jakarta.
Menurut dia, "big data" yang ideal untuk pertahanan nasional harus mampu menyajikan data yang akurat, lengkap, "real time", hingga mampu melakukan "profiling" dengan dukungan analitik yang kuat.
"Kuncinya itu di kemampuan analitik. Soalnya, ke depan banyak kecerdasan buatan digunakan untuk serangan siber," katanya.
Jadi, kata Sakti, selain kekuatan alusista yang harus dimiliki, Indonesia juga harus punya kekuatan siber.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: