Banjir rendam 12 desa di Aceh Tamiang
12 November 2019 21:12 WIB
Sejumlah penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai menggunakan perahu kayu sebagai alat transportasi pada musim banjir melanda 12 desa di empat kecamatan, Aceh Tamiang, Selasa (12/11/2019). ANTARA/HO-Aspri
Kualasimpang, Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang memastikan, peristiwa banjir telah merendam sedikitnya 12 kampung (desa) di empat kecamatan akibat hujan dengan intensitas ringan melanda dalam 10 hari terakhir di wilayah setempat.
"Sejak tanggal 3 November 2019 hingga hari ini telah mengakibatkan total 12 kampung terendam," tegas Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tamiang, Syahri di Kualasimpang, Selasa.
Ia menjelaskan, ke-12 kampung tersebut terdapat di empat desa di antaranya pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yakni Tanjung Genteng, Bukit Rata, Kebun Tengah, dan Alur Selebu di Kecamatan Kejuruan Muda.
Baca juga: Ratusan korban banjir di Aceh Barat masih mengungsi
Baca juga: Banjir di Aceh Barat mencapai 1,5 meter, warga mengungsi
Ada tiga desa masing-masing pada dua kecamatan, yaitu Rongoh, Harum Sari, Rimba Sawang di Tamiang Hulu, dan Tenggulun Pucuk, Kampung Selamat, Simpang Kiri di Tenggulun.
"Sisanya ada dua kampung lagi, yakni Jambo Rambong dan Babo di Kecamatan Bandar Pusaka. Beberapa kecamatan dilanda banjir, karena air sungai meluap ke rumah-rumah warga di daerah aliran sungai akibat tidak mampu menampung air hujan," tegasnya.
Ia mengatakan, hingga kini pihaknya telah menurunkan tim ke lokasi banjir di empat kecamatan guna mendata dampak material akibat peristiwa yang terjadi di awal bulan November ini.
Baca juga: BPBA ajak warga bangun kesiagaan potensi banjir dan longsor
Baca juga: Banjir rendam sembilan kabupaten dan 1.089 rumah di Aceh
"Alhamdulillah, korban jiwa dan korban terdampak kita pastikan nihil. Namun untuk material dan pengungsi masih dalam pendataan oleh tim," terang dia.
Hingga malam ini, menurut dia,air masih mengenangi rumah warga di Aceh Tamiang dan sebagian penduduk memilih bertahan menjaga rumah mereka dari hal yang tidak diinginkan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Aceh pada akhir Oktober 2019 telah mengeluarkan peringatan dini terhadap kemungkinan cuaca ekstrem akibat berada di puncak musim penghujan.
"Untuk Provinsi Aceh, memang harus siaga bencana. Baik bencana banjir maupun tanah longsor, dan juga pohon tumbang," terang Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad.
Baca juga: Banjir landa tujuh daerah di Aceh, kerugian sementara lebih Rp1 miliar
Baca juga: Akibat banjir, ratusan warga Pulau Simeulue masih mengungsi
"Sejak tanggal 3 November 2019 hingga hari ini telah mengakibatkan total 12 kampung terendam," tegas Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tamiang, Syahri di Kualasimpang, Selasa.
Ia menjelaskan, ke-12 kampung tersebut terdapat di empat desa di antaranya pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, yakni Tanjung Genteng, Bukit Rata, Kebun Tengah, dan Alur Selebu di Kecamatan Kejuruan Muda.
Baca juga: Ratusan korban banjir di Aceh Barat masih mengungsi
Baca juga: Banjir di Aceh Barat mencapai 1,5 meter, warga mengungsi
Ada tiga desa masing-masing pada dua kecamatan, yaitu Rongoh, Harum Sari, Rimba Sawang di Tamiang Hulu, dan Tenggulun Pucuk, Kampung Selamat, Simpang Kiri di Tenggulun.
"Sisanya ada dua kampung lagi, yakni Jambo Rambong dan Babo di Kecamatan Bandar Pusaka. Beberapa kecamatan dilanda banjir, karena air sungai meluap ke rumah-rumah warga di daerah aliran sungai akibat tidak mampu menampung air hujan," tegasnya.
Ia mengatakan, hingga kini pihaknya telah menurunkan tim ke lokasi banjir di empat kecamatan guna mendata dampak material akibat peristiwa yang terjadi di awal bulan November ini.
Baca juga: BPBA ajak warga bangun kesiagaan potensi banjir dan longsor
Baca juga: Banjir rendam sembilan kabupaten dan 1.089 rumah di Aceh
"Alhamdulillah, korban jiwa dan korban terdampak kita pastikan nihil. Namun untuk material dan pengungsi masih dalam pendataan oleh tim," terang dia.
Hingga malam ini, menurut dia,air masih mengenangi rumah warga di Aceh Tamiang dan sebagian penduduk memilih bertahan menjaga rumah mereka dari hal yang tidak diinginkan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Aceh pada akhir Oktober 2019 telah mengeluarkan peringatan dini terhadap kemungkinan cuaca ekstrem akibat berada di puncak musim penghujan.
"Untuk Provinsi Aceh, memang harus siaga bencana. Baik bencana banjir maupun tanah longsor, dan juga pohon tumbang," terang Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad.
Baca juga: Banjir landa tujuh daerah di Aceh, kerugian sementara lebih Rp1 miliar
Baca juga: Akibat banjir, ratusan warga Pulau Simeulue masih mengungsi
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: