Sekjen ASEAN sebut perempuan mainkan peran penting dalam perdamaian
12 November 2019 18:13 WIB
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Dato Lim Jock Hoi menyampaikan pidato pembukaan “Dialog Antarkeyakinan Perempuan ASEAN: Mendorong Pemahaman untuk Masyarakat yang Inklusif dan Damai” di Jakarta, Selasa (12/11/2019). (Kemlu RI)
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Dato Lim Jock Hoi menyatakan peran perempuan sebagai pendukung perdamaian dan kerja sama lintas agama semakin diakui dan diekspos.
“Perempuan memainkan peran yang sangat diperlukan dalam pemeliharaan perdamaian, pengaturan, dan pemulihan pascakonflik,” kata Lim dalam “Dialog Antarkeyakinan Perempuan ASEAN: Mendorong Pemahaman untuk Masyarakat yang Inklusif dan Damai” di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, kata dia, organisasi perempuan, terutama yang memiliki jaringan akar rumput yang kuat, berada dalam posisi unik untuk membantu mendeteksi tanda peringatan dini konflik dan untuk mencegah eskalasi konflik.
Baca juga: Perempuan didorong tingkatkan perdamaian lewat dialog antarkeyakinan
Lebih lanjut Lim menuturkan bahwa para pemimpin ASEAN telah mengadopsi sebuah pernyataan bersama tentang mempromosikan perempuan, perdamaian dan keamanan di ASEAN---guna menegaskan kembali peran penting perempuan dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan.
Diadopsi oleh para pemimpin negara anggota ASEAN pada 2017, pernyataan tersebut juga mempromosikan peran transformatif perempuan dalam membina perdamaian, menjunjung tinggi nilai inklusi, dan melawan kekerasan atau ekstremisme.
Inisiatif lain yang relevan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan perdamaian dan upaya rekonsiliasi adalah pembentukan ASEAN Women for Peace Registry (AWPR), yang didirikan didirikan di bawah ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN-IPR).
Baca juga: Peran perempuan di ASEAN penting ditingkatkan
AWPR yang merupakan kumpulan para ahli perempuan dari 10 negara anggota mencerminkan komitmen ASEAN untuk mempromosikan perdamaian dan pemberdayaan perempuan.
Para ahli yang terdiri dari, antara lain, akademisi dan praktisi, itu bertugas mengumpulkan pelajaran dan praktik terbaik masing-masing negara anggota ASEAN dalam membangun perdamaian.
“Ada pengakuan bahwa perempuan adalah jantung dari upaya pemeliharaan perdamaian dan dialog antaragama,” tutur Lim.
Baca juga: Megawati: Pandangan persempit kiprah perempuan harus diubah
ASEAN-IPR bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI, the Asia Foundation, dan Australian Aid menyelenggarakan dialog antarkeyakinan bagi perempuan guna membahas bagaimana perempuan di Asia Tenggara bisa lebih berkontribusi pada pengelolaan keragaman di kawasan, sejalan dengan tujuan Komunitas ASEAN.
Dialog yang berlangsung selama dua hari tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi tantangan masa kini dan masa depan yang dihadapi di kawasan, serta menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi masing-masing negara anggota ASEAN.
“Perempuan memainkan peran yang sangat diperlukan dalam pemeliharaan perdamaian, pengaturan, dan pemulihan pascakonflik,” kata Lim dalam “Dialog Antarkeyakinan Perempuan ASEAN: Mendorong Pemahaman untuk Masyarakat yang Inklusif dan Damai” di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, kata dia, organisasi perempuan, terutama yang memiliki jaringan akar rumput yang kuat, berada dalam posisi unik untuk membantu mendeteksi tanda peringatan dini konflik dan untuk mencegah eskalasi konflik.
Baca juga: Perempuan didorong tingkatkan perdamaian lewat dialog antarkeyakinan
Lebih lanjut Lim menuturkan bahwa para pemimpin ASEAN telah mengadopsi sebuah pernyataan bersama tentang mempromosikan perempuan, perdamaian dan keamanan di ASEAN---guna menegaskan kembali peran penting perempuan dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan.
Diadopsi oleh para pemimpin negara anggota ASEAN pada 2017, pernyataan tersebut juga mempromosikan peran transformatif perempuan dalam membina perdamaian, menjunjung tinggi nilai inklusi, dan melawan kekerasan atau ekstremisme.
Inisiatif lain yang relevan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan perdamaian dan upaya rekonsiliasi adalah pembentukan ASEAN Women for Peace Registry (AWPR), yang didirikan didirikan di bawah ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN-IPR).
Baca juga: Peran perempuan di ASEAN penting ditingkatkan
AWPR yang merupakan kumpulan para ahli perempuan dari 10 negara anggota mencerminkan komitmen ASEAN untuk mempromosikan perdamaian dan pemberdayaan perempuan.
Para ahli yang terdiri dari, antara lain, akademisi dan praktisi, itu bertugas mengumpulkan pelajaran dan praktik terbaik masing-masing negara anggota ASEAN dalam membangun perdamaian.
“Ada pengakuan bahwa perempuan adalah jantung dari upaya pemeliharaan perdamaian dan dialog antaragama,” tutur Lim.
Baca juga: Megawati: Pandangan persempit kiprah perempuan harus diubah
ASEAN-IPR bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri RI, the Asia Foundation, dan Australian Aid menyelenggarakan dialog antarkeyakinan bagi perempuan guna membahas bagaimana perempuan di Asia Tenggara bisa lebih berkontribusi pada pengelolaan keragaman di kawasan, sejalan dengan tujuan Komunitas ASEAN.
Dialog yang berlangsung selama dua hari tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi tantangan masa kini dan masa depan yang dihadapi di kawasan, serta menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi masing-masing negara anggota ASEAN.
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019
Tags: