Pertamina percepat pemanfaatan pengembangan panas bumi
12 November 2019 08:31 WIB
ILUSTRASI: Pekerja mengawasi sumur panas bumi (Geothermal) Unit 5-6 di Desa Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara. Indonesia memiliki potensi panas bumi hampir 29.000 MW atau mencapai 40% total potensi panas bumi dunia yang merupakan sumber energi ramah lingkungan. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memprioritaskan pengembangan dan aplikasinya sebagai proyek strategis hingga 2019. ANTARA FOTO/Adwit B Pramono.
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) memaksimalkan penggunaan energi bersih melalui pengembangan panas bumi untuk memenuhi kebutuhan serta keberlangsungan suplai energi nasional.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu di Jakarta, Selasa, mengungkapkan Indonesia memiliki 40 persen dari potensi panas bumi di dunia atau setara 29 ribu MW. Namun, saat ini baru sekitar enam persen dari potensinya di Indonesia yang telah digarap.
Untuk itu melalui rencana jangka panjang 2021 sampai dengan 2026, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) akan mengucurkan investasi sebesar 2,68 miliar dolar AS untuk pengembangan wilayah kerja yang ada.
Selain itu, PGE juga akan menggarap dua wilayah kerja baru sehingga kapasitas terpasang own operation PLTP akan melesat hampir dua kali lipat dari 672 MW menjadi 1.112 MW. Dengan demikian PGE optimis dapat meningkatkan cadangan menjadi 2.175 MW dan produksi listrik menjadi 7.455 GWh.
“Sebagai BUMN, Pertamina memiliki peran strategis untuk keberlangsungan suplai energi nasional. Salah satunya dengan terus berupaya menjamin ketersediaan energi baik dari sumber minyak dan gas bumi maupun pengembangan sumber energi baru terbarukan,” katanya.
Menurut Dharmawan, dari total kapasitas terpasang saat ini pemanfaatan energi panas bumi tersebut berpotensi dapat menerangi 1.344.000 rumah dan menghemat cadangan devisa migas sekitar 31.785 BOEPD serta pengurangan emisi sebesar 3,4 ton CO2 per tahun.
Selain turut mengembangkan infrastruktur, memelihara lingkungan hidup, dan memberdayakan masyarakat di wilayah operasinya, pengembangan panas bumi yang dilakukan oleh PGE, lanjut dia, juga memberikan kontribusi kepada penerimaan negara sebesar 34 persen dari net operating income PGE dan juga berkontribusi langsung kepada penerimaan daerah melalui pemberian bonus produksi yang ditransfer langsung ke kas daerah sebesar satu persen dari pendapatan kotor untuk penjualan uap dan 0,5 persen dari pendapatan kotor untuk penjualan listrik.
“Kami akan terus meningkatkan produksi dan mengupayakan potensi panas bumi yang melimpah di Indonesia untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di masa depan,” imbuh Dharmawan.
Pertamina, kata dia, berharap panas bumi menjadi andalan masa depan energi Indonesia, mengingat panas bumi memiliki banyak keunggulan, yakni tidak menyebabkan pencemaran, tidak menghasilkan emisi karbon, dan tidak menghasilkan gas cairan atau material beracun lain.
“Uap air bertekanan tinggi yang dihasilkan dari eksploitasi panas bumi menjadi sumber energi untuk menggerakkan turbin penghasil tenaga listrik dan tidak menyebabkan pencemaran,” kata Darmawan.
Baca juga: Harga minyak turun, kekhawatiran kelebihan pasokan 2020 meningkat
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu di Jakarta, Selasa, mengungkapkan Indonesia memiliki 40 persen dari potensi panas bumi di dunia atau setara 29 ribu MW. Namun, saat ini baru sekitar enam persen dari potensinya di Indonesia yang telah digarap.
Untuk itu melalui rencana jangka panjang 2021 sampai dengan 2026, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) akan mengucurkan investasi sebesar 2,68 miliar dolar AS untuk pengembangan wilayah kerja yang ada.
Selain itu, PGE juga akan menggarap dua wilayah kerja baru sehingga kapasitas terpasang own operation PLTP akan melesat hampir dua kali lipat dari 672 MW menjadi 1.112 MW. Dengan demikian PGE optimis dapat meningkatkan cadangan menjadi 2.175 MW dan produksi listrik menjadi 7.455 GWh.
“Sebagai BUMN, Pertamina memiliki peran strategis untuk keberlangsungan suplai energi nasional. Salah satunya dengan terus berupaya menjamin ketersediaan energi baik dari sumber minyak dan gas bumi maupun pengembangan sumber energi baru terbarukan,” katanya.
Menurut Dharmawan, dari total kapasitas terpasang saat ini pemanfaatan energi panas bumi tersebut berpotensi dapat menerangi 1.344.000 rumah dan menghemat cadangan devisa migas sekitar 31.785 BOEPD serta pengurangan emisi sebesar 3,4 ton CO2 per tahun.
Selain turut mengembangkan infrastruktur, memelihara lingkungan hidup, dan memberdayakan masyarakat di wilayah operasinya, pengembangan panas bumi yang dilakukan oleh PGE, lanjut dia, juga memberikan kontribusi kepada penerimaan negara sebesar 34 persen dari net operating income PGE dan juga berkontribusi langsung kepada penerimaan daerah melalui pemberian bonus produksi yang ditransfer langsung ke kas daerah sebesar satu persen dari pendapatan kotor untuk penjualan uap dan 0,5 persen dari pendapatan kotor untuk penjualan listrik.
“Kami akan terus meningkatkan produksi dan mengupayakan potensi panas bumi yang melimpah di Indonesia untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di masa depan,” imbuh Dharmawan.
Pertamina, kata dia, berharap panas bumi menjadi andalan masa depan energi Indonesia, mengingat panas bumi memiliki banyak keunggulan, yakni tidak menyebabkan pencemaran, tidak menghasilkan emisi karbon, dan tidak menghasilkan gas cairan atau material beracun lain.
“Uap air bertekanan tinggi yang dihasilkan dari eksploitasi panas bumi menjadi sumber energi untuk menggerakkan turbin penghasil tenaga listrik dan tidak menyebabkan pencemaran,” kata Darmawan.
Baca juga: Harga minyak turun, kekhawatiran kelebihan pasokan 2020 meningkat
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: