Jakarta (ANTARA) - Pekerja migran asal Indonesia rentan direkrut oleh kelompok ekstremis dan teroris di negara tempat bekerja karena alasan terjadi gegar budaya dan mencari spiritualitas di media sosial, ujar Direktur Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia Ruby Kholifah.

"Ini sesuatu yang serius karena targetnya buruh migran bukan yang berada di Arab, justru buruh migran yang berada di negara-negara tujuan di mana mereka mengalami shock culture yang luar biasa seperti Taiwan dan Hongkong," ujar Ruby dalam diskusi bertema ISIS, Radikalisme dan Keterlibatan Perempuan yang diadakan di Cikini, Jakarta Pusat pada Senin.

Ruby mengambil contoh Ika Puspitasari yang ditangkap pada Desember 2016 karena terlibat dengan jaringan teroris dan diproyeksikan menjadi "pengantin" bom bunuh diri di Bali. Ika adalah mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hong Kong dan diduga teradikalisasi di sana dan menyatakan kesetiaan kepada ISIS serta membiayai kelompok teror menggunakan gajinya sebagai buruh migran.

Baca juga: BNPT waspadai teroris manfaatkan jalur TKI ilegal

Selain Ika terdapat juga Dian Yulia Novi yang merupakan mantan pekerja migran di Taiwan dan Singapura. Dia ditangkap aparat keamanan karena berencana meledakkan diri diri di luar istana kepresidenan, baik Ika maupun Dian sudah dijatuhi hukuman penjara atas rencana teror tersebut.

Baru-baru ini juga Polisi Diraja Malaysia (PDRM) pada September 2019 mengeluarkan rilis telah menangani operasi penangkapan yang mengakibatkan 12 warga negara Indonesia ditangkap karena diduga terlibat tindakan terorisme.

Menurut Ruby, gegar budaya ikut berpengaruh dengan rentannya buruh migran teradikalisasi kelompok teror. Mereka kemudian membutuhkan saluran untuk mencari pengampunan lalu menemukannya di dunia maya dan dari situ, kata dia, sayangnya beberapa berlabuh ke kelompok-kelompok yang salah, yang kebanyakan ditemukan di sosial media.

Pemerintah, ujar perempuan yang masuk ke 100 tokoh perempuan berpengaruh versi media Inggris BBC pada 2014 itu, perlu melakukan intervensi baik berupa upaya preventif atau tindakan tegas lain, mengingat upaya radikalisasi di luar negeri kepada pekerja migran biasanya dilakukan oleh orang yang berasal dari Indonesia juga.

"Kita ingin negara benar-benar memikirkan sebelum mereka (pekerja migran) berangkat, jadi tidak terlambat. Tapi juga Kementerian Agama agar memerhatikan ustad-ustad yang akan dikirim," ujar Ruby.

Baca juga: BNP2TKI benarkan terduga teroris sebagai TKI