Militer Bolivia nyatakan takkan 'hadapi' rakyat
10 November 2019 17:00 WIB
Demonstran menggunakan masker gas dan membawa barikade berlari saat terjadi bentrokan antara penentang Presiden Bolivia Evo Morales dengan pendukung pemerintah, di La Paz, Bolivia, Kamis (7/11/2019). REUTERS/Kai Pfaffenbach/foc/djo
La Paz, Bolivia (ANTARA) - Presiden Evo Morales Sabtu (9/11) menghadapi tekanan yang meningkat untuk menyelesaikan sengketa beberapa pekan sehubungan dengan sengketa pemilihan umum di Bolivia, setelah pasukan polisi terlihat bergabung dengan protes anti-pemerintah.
Sementara itu militer menyatakan takkan "menghadapi rakyat" sehubungan dengan masalah tersebut.
Pemerintah Morales mengutuk "kudeta" terhadap dia oleh apa yang disebutnya "kelompok perusuh", sehingga membuat banyak rekan pemimpin sayap-kiri di wilayah tersebut berkumpul mendukung dia dan menyerukan penyelesaian damai bagi krisis itu.
Morales, pemimpin paling lama di Amerika Latin, menang dalam pemilihan umum 20 Oktober, tapi penundaan hampir satu hari dalam penghitungan suara menyulut dugaan kecurangan dan mengakibatkan terjadinya protes, pemogokan dan penutupan jalan.
Baca juga: Polisi Bolivia terlihat bergabung dengan protes anti-Morales
Pada Jumat malam (8/11), stasiun televisi lokal memperlihatkan dan wartawan Reuters menyaksikan polisi di beberapa kota besar Bolivia berpawai bersama pemrotes dalam aksi nyata pembangkangan dan bergabung untuk meneriakkan slogan yang biasa digunakan oleh oposisi.
Yang menambah tekanan atas Morales, Angkatan Bersenjata mengatakan di dalam satu pernyataan pada Sabtu "bahwa kami takkan pernah menghadapi rakyat, yang buat mereka kami memiliki kewajiban, dan kami akan selalu menjamin perdamaian, hidup berdampingan dan pembangunan tanah air kami".
"Kita berada pada hari-hari yang menentukan dan bahkan jam menuju takdir negeri ini," kata Carlos Mesa, "runner-up" dalam jajak pendapat Oktober, kepada wartawan, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Baca juga: Pemimpin oposisi Bolivia serukan pemilihan baru
Di satu cuitan pada Sabtu dini hari, Morales kembali menyampaikan tuduhan bahwa oposisi menyelenggarakan kudeta terhadap negara. Kementerian Luar Negeri mengeluarkan pernyataan yang mengatakan sebagian perwira polisi telah "meninggalkan peran konstitusional untuk menjamin keamanan masyarakat dan lembaga negara".
Dalam satu konferensi pada malam hari yang sama, Morales menyerukan pertemuan daruart dengan empat partai politik utama yang memiliki wakil di Parlemen. Sampai Sabtu sore, dua partai oposisi telah menolak undangan Morales dan satu partai telah menerimanya.
Presiden Bolivia tersebut juga mengundang organisasi internasional termasuk Vatikan, PBB dan Organisasi Negara Amerika (OAS), yang melakukan audit pemilihan umum.
Baca juga: Tokoh penentang tiba di Bolivia untuk lengserkan Presiden Morales
Sumber: Reuters
Sementara itu militer menyatakan takkan "menghadapi rakyat" sehubungan dengan masalah tersebut.
Pemerintah Morales mengutuk "kudeta" terhadap dia oleh apa yang disebutnya "kelompok perusuh", sehingga membuat banyak rekan pemimpin sayap-kiri di wilayah tersebut berkumpul mendukung dia dan menyerukan penyelesaian damai bagi krisis itu.
Morales, pemimpin paling lama di Amerika Latin, menang dalam pemilihan umum 20 Oktober, tapi penundaan hampir satu hari dalam penghitungan suara menyulut dugaan kecurangan dan mengakibatkan terjadinya protes, pemogokan dan penutupan jalan.
Baca juga: Polisi Bolivia terlihat bergabung dengan protes anti-Morales
Pada Jumat malam (8/11), stasiun televisi lokal memperlihatkan dan wartawan Reuters menyaksikan polisi di beberapa kota besar Bolivia berpawai bersama pemrotes dalam aksi nyata pembangkangan dan bergabung untuk meneriakkan slogan yang biasa digunakan oleh oposisi.
Yang menambah tekanan atas Morales, Angkatan Bersenjata mengatakan di dalam satu pernyataan pada Sabtu "bahwa kami takkan pernah menghadapi rakyat, yang buat mereka kami memiliki kewajiban, dan kami akan selalu menjamin perdamaian, hidup berdampingan dan pembangunan tanah air kami".
"Kita berada pada hari-hari yang menentukan dan bahkan jam menuju takdir negeri ini," kata Carlos Mesa, "runner-up" dalam jajak pendapat Oktober, kepada wartawan, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad.
Baca juga: Pemimpin oposisi Bolivia serukan pemilihan baru
Di satu cuitan pada Sabtu dini hari, Morales kembali menyampaikan tuduhan bahwa oposisi menyelenggarakan kudeta terhadap negara. Kementerian Luar Negeri mengeluarkan pernyataan yang mengatakan sebagian perwira polisi telah "meninggalkan peran konstitusional untuk menjamin keamanan masyarakat dan lembaga negara".
Dalam satu konferensi pada malam hari yang sama, Morales menyerukan pertemuan daruart dengan empat partai politik utama yang memiliki wakil di Parlemen. Sampai Sabtu sore, dua partai oposisi telah menolak undangan Morales dan satu partai telah menerimanya.
Presiden Bolivia tersebut juga mengundang organisasi internasional termasuk Vatikan, PBB dan Organisasi Negara Amerika (OAS), yang melakukan audit pemilihan umum.
Baca juga: Tokoh penentang tiba di Bolivia untuk lengserkan Presiden Morales
Sumber: Reuters
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019
Tags: