Menristek desak virtual reality dikembangkan hadapi era 4.0
10 November 2019 16:11 WIB
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mencoba virtual reality yang dikembangkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, (10/11/2019). (ANTARA/Muhammad Zulfikar)
Surabaya (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan teknologi masa depan virtual reality seperti yang dilakukan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) harus terus dikembangkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
"Ini mungkin termasuk salah satu virtual reality yang tersistematik pertama sehingga pemanfaatannya diharapkan bisa menjawab tantangan industri 4.0 untuk mengembangkan riset di Indonesia," kata dia di Surabaya, Minggu.
Saat ini, virtual reality sudah populer di sektor entertainment atau hiburan. Namun, ke depan penggunaan teknologi itu didorong lebih luas, salah satunya bagi penelitian di Tanah Air.
"Pemanfaatannya bisa macam-macam di antaranya bidang kesehatan, hingga mengembangkan manufaktur," kata dia.
Baca juga: Era pabrik cerdas bakal serap lebih banyak tenaga kerja
Intinya dengan menggunakan teknologi virtual reality peneliti bisa melakukan semacam penelitian tanpa harus turun atau benar-benar berada di lapangan. Hal itu juga berguna bagi proses pengajaran akademik (pendidikan).
Sebagai contoh, tenaga pengajar tidak perlu lagi membawa sekelompok mahasiswa ke sebuah pabrik apabila mengadakan studi lapangan. Pihak kampus cukup membuat dokumen film yang kemudian ditayangkan menggunakan virtual reality.
"Jadi mahasiswa bisa membayangkan pembangkit listrik tenaga uap atau boiler itu seperti apa dengan menggunakan virtual reality," ujarnya.
Baca juga: Pakar sebut data menjadi komoditas paling berharga pada era digital
Secara umum, seluruh perguruan tinggi di Tanah Air harus adaptif terhadap revolusi industri 4.0. Sehingga, kampus-kampus yang ada didorong untuk lebih banyak menggunakan virtual reality.
"Terutama di bidang pendidikan dan penelitian," ujarnya.
Tidak hanya itu, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/ BRIN juga akan berupaya memberikan bantuan dana berupa hibah atau dana setiap tahun untuk pengembangan penelitian dan inovasi.
Oleh karena itu, lanjutnya, setiap kampus atau perguruan tinggi didorong untuk memiliki usulan-usulan yang bagus sehingga bisa mendapatkan bantuan dana pengembangan.
Baca juga: Sisi gelap dan terang era digital
"Ini mungkin termasuk salah satu virtual reality yang tersistematik pertama sehingga pemanfaatannya diharapkan bisa menjawab tantangan industri 4.0 untuk mengembangkan riset di Indonesia," kata dia di Surabaya, Minggu.
Saat ini, virtual reality sudah populer di sektor entertainment atau hiburan. Namun, ke depan penggunaan teknologi itu didorong lebih luas, salah satunya bagi penelitian di Tanah Air.
"Pemanfaatannya bisa macam-macam di antaranya bidang kesehatan, hingga mengembangkan manufaktur," kata dia.
Baca juga: Era pabrik cerdas bakal serap lebih banyak tenaga kerja
Intinya dengan menggunakan teknologi virtual reality peneliti bisa melakukan semacam penelitian tanpa harus turun atau benar-benar berada di lapangan. Hal itu juga berguna bagi proses pengajaran akademik (pendidikan).
Sebagai contoh, tenaga pengajar tidak perlu lagi membawa sekelompok mahasiswa ke sebuah pabrik apabila mengadakan studi lapangan. Pihak kampus cukup membuat dokumen film yang kemudian ditayangkan menggunakan virtual reality.
"Jadi mahasiswa bisa membayangkan pembangkit listrik tenaga uap atau boiler itu seperti apa dengan menggunakan virtual reality," ujarnya.
Baca juga: Pakar sebut data menjadi komoditas paling berharga pada era digital
Secara umum, seluruh perguruan tinggi di Tanah Air harus adaptif terhadap revolusi industri 4.0. Sehingga, kampus-kampus yang ada didorong untuk lebih banyak menggunakan virtual reality.
"Terutama di bidang pendidikan dan penelitian," ujarnya.
Tidak hanya itu, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/ BRIN juga akan berupaya memberikan bantuan dana berupa hibah atau dana setiap tahun untuk pengembangan penelitian dan inovasi.
Oleh karena itu, lanjutnya, setiap kampus atau perguruan tinggi didorong untuk memiliki usulan-usulan yang bagus sehingga bisa mendapatkan bantuan dana pengembangan.
Baca juga: Sisi gelap dan terang era digital
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: