Suriah akan kembali dibahas 25 November di Jenewa
9 November 2019 00:51 WIB
Menlu AS John Kerry berbicara dalam konferensi pers di Kantor Persemakmuran, London, Selasa (22/10). Rencana pembahasan untuk mengakhiri pertempuran di Suriah berantakan setelah oposisi menolak hadir kecuali Presiden Bashar al-Assad diturunkan dari kekuasaannya dan negara Saudi Arabia dengan jelas menyatakan tidak akan bekerja sama lagi dengan Amerika Serikat atas perang sipil tersebut. (ANTARA FOTO/REUTERS/Suzanne Pl)
Jenewa (ANTARA) - Seorang utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pembahasan soal Suriah pada Jumat berjalan lebih baik daripada yang diperkirakan dan akan kembali dilangsungkan pada akhir November.
"Putaran pembicaraan berikutnya akan dimulai pada 25 November," kata utusan tersebut, Geir Pedersen.
Ia pada Jumat menutup putaran awal pertemuan yang membahas masa depan politik Suriah. Pertemuan itu ditujukan untuk mewujudkan rekonsiliasi politik setelah negara tersebut didera perang selama 8,5 tahun.
Pedersen mengakui bahwa pembicaraan kadang-kadang berjalan "sangat menyakitkan" namun ia mengatakan para delegasi Komite Konstitusional dari pemerintah, oposisi dan masyarakat madani tetap bersikap profesional.
"Saya yakin bahwa pertemuan ini lebih baik dibandingkan dengan yang diperkirakan sebagian besar orang," katanya kepada para wartawan di Jenewa.
Tanpa memberikan keterangan lebih terperinci, Pedersen mengatakan pertemuan pada Jumat memusatkan pembahasan pada masalah kedaulatan, kesatuan wilayah dan terorisme.
Belum ada kesepakatan soal pembebasan ribuan tahanan di Suriah, salah satu aspek yang sebelumnya dikatakan Pederson sebagai sebuah langkah penting yang diperlukan untuk membangun kepercayaan di antara pihak-pihak terkait.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia kerahkan helikopter militer untuk patroli di Suriah-Turki
Baca juga: Unit produksi di kilang Banias Suriah rusak akibat ledakan
"Putaran pembicaraan berikutnya akan dimulai pada 25 November," kata utusan tersebut, Geir Pedersen.
Ia pada Jumat menutup putaran awal pertemuan yang membahas masa depan politik Suriah. Pertemuan itu ditujukan untuk mewujudkan rekonsiliasi politik setelah negara tersebut didera perang selama 8,5 tahun.
Pedersen mengakui bahwa pembicaraan kadang-kadang berjalan "sangat menyakitkan" namun ia mengatakan para delegasi Komite Konstitusional dari pemerintah, oposisi dan masyarakat madani tetap bersikap profesional.
"Saya yakin bahwa pertemuan ini lebih baik dibandingkan dengan yang diperkirakan sebagian besar orang," katanya kepada para wartawan di Jenewa.
Tanpa memberikan keterangan lebih terperinci, Pedersen mengatakan pertemuan pada Jumat memusatkan pembahasan pada masalah kedaulatan, kesatuan wilayah dan terorisme.
Belum ada kesepakatan soal pembebasan ribuan tahanan di Suriah, salah satu aspek yang sebelumnya dikatakan Pederson sebagai sebuah langkah penting yang diperlukan untuk membangun kepercayaan di antara pihak-pihak terkait.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia kerahkan helikopter militer untuk patroli di Suriah-Turki
Baca juga: Unit produksi di kilang Banias Suriah rusak akibat ledakan
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: