Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis sore, menguat sembilan poin menjadi Rp9.210/9.215 per dolar Amerika Serikat (AS) dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.219/9.220, karena Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi ke pasar. "Intervensi pasar BI makin kuat yang mendorong rupiah terhadap dolar AS menguat lebih tinggi dibanding pagi hari, namun posisi rupiah masih di atas angka Rp9.200 per dolar AS," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, BI sangat khawatir dengan posisi rupiah yang berada di atas level Rp9.200 per dolar AS, karena pada posisi itu tekanan negatif pasar akan semakin kuat. "Posisi rupiah pada level tersebut cukup mengkhawatirkan, karena itu BI terus melakukan pemantauan dengan ketat," katanya. Kenaikan rupiah itu, menurut dia, juga karena pelaku pasar melakukan aksi lepas dolar AS untuk mencari untung setelah mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Namun, aksi lepas dolar AS oleh pelaku tidak besar. Jadi kenaikan rupiah sebenarnya akibat masuknya BI ke pasar uang domestik, ucapnya. Rupiah juga mendapat dukungan dari penerbitan Surat Utang Negara (SUN), meski penyerapan pasar agak berkurang, akibat aksi jor-joran kenaikan suku bunga deposito. Rupiah sebelumnya tertekan oleh faktor eksternal seperti kekacauan yang terjadi di Thailand dan tingginya inflasi di dalam negeri yang diperkirakan pada akhir tahun ini mencapai 12 persen. Karena itu dana asing yang ditempatkan di dalam negeri diperkirakan masih tetap mengendap. Jadi tidak ada penarikan dana asing saat ini, tuturnya. Pelaku asing, menurut dia, kemungkinan masih menahan diri dan akan aktif kembali ke pasar domestik setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya. Apabila BI Rate naik maka minat investasi asing di pasar akan kembali meningkat, ucapnya menambahkan. (*)