Menristek optimistis Indonesia jadi negara maju melalui engineering
8 November 2019 21:58 WIB
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kanan) melihat langsung hasil atau karya para peneliti Universitas Indonesia yang dipamerkan di Jakarta, Jumat (8/11/2019). (ANTARA/Muhammad Zulfikar)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro optimistis Indonesia bisa menjadi negara maju jika terus serius mengembangkan sektor engineering atau teknik.
"Muara dari engineering itu ialah mendorong sistem perekonomian yang makin efisien di Indonesia, jika serius menjalankannya kita bisa naik kelas menjadi negara maju," katanya di Jakarta, Jumat pada kegiatan Expo 55 tahun dalam rangka dies natalia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Menurut dia, Indonesia diyakini bisa beralih dari pendapatan menengah ke atas menjadi maju, sebab sektor engineering jika dikelola dengan memerhatikan sisi efisiensi, maka akan mampu memberikan dampak langsung pada masyarakat.
"Engineering itu merujuk pada inovasi yang menghasilkan produk dan itu bisa dimanfaatkan langsung," katanya.
Apalagi, kata dia, jika produk-produk inovasi yang sudah ada tersebut dikembangkan bersama-sama oleh pihak-pihak terkait, tentu akan menjadi sebuah dunia usaha yang menjanjikan.
Baca juga: Menristek dorong mahasiswa bumikan engineering untuk Indonesia
Jadi, ujar dia, para engineer harus benar-benar mampu melakukan riset, menciptakan inovasi yang mempertimbangkan efisiensi dengan melihat produk-produk yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.
"Efisiensi yang dimaksud ialah dalam skala besar terutama yang medorong pertumbuhan dan produktivitas," kata Menristek.
Selain itu, inovasi dari produk-produk engineering tersebut harus mampu menyejahterakan masyarakat atau setidaknya berdampak pada pemerataan ekonomi.
Untuk perguruan tinggi terutama fakultas-fakultas teknik, para dosen dan mahasiswa diharapkan pula mampu membuat proposal-proposal yang benar-benar menjanjikan inovasi dan berdampak bagi masyarakat luas.
Ia menjelaskan terkait anggaran, bahkan kementerian terkait mampu menyalurkan dana hibah riset yang lebih besar demi kemajuan engineering di Indonesia.
Baca juga: Kembangkan bandar antariksa, Menristek buka semua opsi pendanaan
"Kuncinya ciptakan proposal riset yang efisien, inovatif dan berdampak pada perkembangan ekonomi," ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia Hendri D.S Budiono mengatakan sebagai negara yang sedang dan akan terus membangun, Indonesia membutuhkan insinyur berkualitas sebagai pilar kemajuan pembangunan bangsa.
Hingga 2018, Indonesia memiliki sekitar 750 ribu orang yang bergelar insinyur profesional. Namun hanya 9.000 atau 1,2 persen yang bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang telah berusia 55 tahun terus berkomitmen meningkatkan kontribusi kepada masyarakat melalui aspek akademik maupun hasil riset para peneliti.
Baca juga: Menristek: Dana abadi riset diprioritaskan untuk sektor kebencanaan
"Muara dari engineering itu ialah mendorong sistem perekonomian yang makin efisien di Indonesia, jika serius menjalankannya kita bisa naik kelas menjadi negara maju," katanya di Jakarta, Jumat pada kegiatan Expo 55 tahun dalam rangka dies natalia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Menurut dia, Indonesia diyakini bisa beralih dari pendapatan menengah ke atas menjadi maju, sebab sektor engineering jika dikelola dengan memerhatikan sisi efisiensi, maka akan mampu memberikan dampak langsung pada masyarakat.
"Engineering itu merujuk pada inovasi yang menghasilkan produk dan itu bisa dimanfaatkan langsung," katanya.
Apalagi, kata dia, jika produk-produk inovasi yang sudah ada tersebut dikembangkan bersama-sama oleh pihak-pihak terkait, tentu akan menjadi sebuah dunia usaha yang menjanjikan.
Baca juga: Menristek dorong mahasiswa bumikan engineering untuk Indonesia
Jadi, ujar dia, para engineer harus benar-benar mampu melakukan riset, menciptakan inovasi yang mempertimbangkan efisiensi dengan melihat produk-produk yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.
"Efisiensi yang dimaksud ialah dalam skala besar terutama yang medorong pertumbuhan dan produktivitas," kata Menristek.
Selain itu, inovasi dari produk-produk engineering tersebut harus mampu menyejahterakan masyarakat atau setidaknya berdampak pada pemerataan ekonomi.
Untuk perguruan tinggi terutama fakultas-fakultas teknik, para dosen dan mahasiswa diharapkan pula mampu membuat proposal-proposal yang benar-benar menjanjikan inovasi dan berdampak bagi masyarakat luas.
Ia menjelaskan terkait anggaran, bahkan kementerian terkait mampu menyalurkan dana hibah riset yang lebih besar demi kemajuan engineering di Indonesia.
Baca juga: Kembangkan bandar antariksa, Menristek buka semua opsi pendanaan
"Kuncinya ciptakan proposal riset yang efisien, inovatif dan berdampak pada perkembangan ekonomi," ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia Hendri D.S Budiono mengatakan sebagai negara yang sedang dan akan terus membangun, Indonesia membutuhkan insinyur berkualitas sebagai pilar kemajuan pembangunan bangsa.
Hingga 2018, Indonesia memiliki sekitar 750 ribu orang yang bergelar insinyur profesional. Namun hanya 9.000 atau 1,2 persen yang bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang telah berusia 55 tahun terus berkomitmen meningkatkan kontribusi kepada masyarakat melalui aspek akademik maupun hasil riset para peneliti.
Baca juga: Menristek: Dana abadi riset diprioritaskan untuk sektor kebencanaan
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: