Jakarta (ANTARA) - Kulit sawo matang adalah ciri khas dari aktris Asmara Abigail yang beberapa tahun terakhir kerap tampil di layar bioskop lewat film "Perempuan Tanah Jahanam", "Gundala", "Pengabdi Setan" juga "Setan Jawa".

Jauh sebelum ada gerakan untuk mencintai diri sendiri dan bangga dengan apa yang dimiliki setiap orang, termasuk warna kulit, penampilannya yang khas justru menjadi alasan perundungan sepanjang masa sekolah.

"Waktu kecil aku di-bully karena hitam," kata Asmara di konferensi pers Pond's Skin Perfecting Cream" di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Asmara Abigail main "Setan Jawa" berkat tari tiang

Dia bersekolah di tempat yang sama sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Asmara pernah ditawari untuk pindah ke tempat lain agar terbebas dari pengalaman tak mengenakkan, tapi dia menolak. Alasannya, sekolahnya dekat dengan rumah.

Asmara tidak tenggelam dalam kesedihan. Dia memilih untuk tutup kuping dan menjauhi orang-orang yang mencelanya.

"Aku enggak berteman sama mereka, jadi lumayan enggak punya teman," ujar Asmara, kemudian tertawa.

Dia tidak mau memaksakan diri berteman dengan orang-orang yang mengucilkannya ketimbang terjebak dalam "pertemanan beracun" yang justru menghancurkan kepercayaan dirinya.

"Aku anggap enggak kenal saja. Orang kalau enggak kenal, ngatain kita kan engak peduli," kata dia.

Yang dia pikirkan kala sekolah adalah fokus agar cepat lulus dan meneruskan pendidikan di tempat yang suasananya lebih menyenangkan, di mana perbedaan bukan alasan untuk mengucilkan orang.

Lagipula, Asmara punya segudang kegiatan di luar sekolah yang membuatnya tak punya waktu untuk memikirkan orang-orang yang mengata-ngatai kulitnya yang gelap. Ketika pelajaran berakhir, dia langsung pulang ke rumah atau menjalani aktivitas lain seperti olahraga berkuda.

Keluarga adalah faktor penting yang membuat keponakan Becky Tumewu itu tidak berkecil hati atas pandangan orang lain terhadap kulitnya.

"Keluarga bikin aku pikir warna gelap itu cantik dan keren," ujar dia.

Aktris 27 tahun itu sama sekali tidak tertarik menggunakan produk-produk dengan embel-embel memutihkan kulit. Alasannya sederhana, dia tidak mau warna kulit wajahnya berbeda dengan kulit tubuhnya.

Menumbuhkan kepercayaan diri dan membahagiakan diri sendiri jadi kunci untuk bertahan di tengah serbuan komentar orang luar terkait fisiknya.

"Hidup itu keras kan, kita harus kuat dari dalam, jadi ada angin topan juga bisa bertahan," seloroh dia.

Asmara justru kasihan pada orang-orang yang merisaknya karena mereka tidak tahu ada banyak orang-orang berpengaruh di dunia yang berkulit hitam, termasuk model Naomi Campbell yang ia idolakan.

Di bangku kuliah, ia akhirnya berada di lingkungan yang menyenangkan bersama teman-teman yang menguatkan aura positif. Dia semakin menghargai keunikan dirinya dan juga orang lain. Ketika melanjutkan pendidikan S2 di Italia, kulit sawo matang Asmara justru dikagumi oleh orang-orang sekitarnya.

"Mereka justru mati-matian tanning biar dapat kulit seperti itu," katanya.

Asmara adalah salah satu orang yang tak keberatan diasosiasikan dengan kata "eksotis" karena kulitnya yang gelap. Meski sebagian feminis tidak suka dengan penggunaan istilah itu, bagi Asmara kata "eksotis" tidak bernada merendahkan.

"Aku suka dengan kata itu," ujar dia. "Kalau di kamus, eksotis artinya seperti sesuatu yang asing, alien atau yang kita enggak biasa lihat. Dulu pas Belanda menjajah, buat mereka kita asing, tapi kalau dibalik, kita lihat orang Belanda juga eksotis."

Menurut Asmara, "eksotis" terkesan seperti bunga aneh nan cantik. Dia senang bila kulit sawo matang disebut eksotis karena dari sudut pandang Barat, kulit khas Indonesia itu memang berbeda, namun indah.

Baca juga: "Perempuan Tanah Jahanam" di Bioskop Atoom, ini kata Asmara Abigail

Baca juga: Terlibat dua film, Asmara Abigail bolak-balik antarprovinsi