Digempur impor, perajin alat pertanian tradisional ini tetap bertahan
8 November 2019 18:30 WIB
Perajin alat pertanian tradisional di Dusun Kajar II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih tetap bertahan meski ada gempuran alat pertanian impor dan juga alat pertanian modern seperti traktor. (Foto ANTARA/Sutarmi)
Gunung Kidul (ANTARA) - Perajin alat pertanian tradisional di Dusun Kajar II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih tetap bertahan meski ada gempuran alat pertanian impor dan juga alat pertanian modern seperti traktor.
Perajin alat pertanian tradisional, Marmin di Gunung Kidul, Jumat, mengatakan dirinya tidak takut dengan serbuan alat-alat tersebut, karena pelanggan sudah mengenal kualitas alat pertanian yang dibuat oleh bengkelnya.
"Masyarakat dan petani di sini sudah paham kualitas produk alat pertanian yang kami produksi. Kami hanya perlu mempertahankan kualitas dan memperbaiki pelayanan," kata Marmin.
Ia juga mengaku setiap menjelang musim tanam, permintaan alat pertanian tradisional justru meningkat tajam. Alat pertanian modern tidak semua dapat digunakan di lahan yang ada di Gunung Kidul, sehingga petani masih banyak yang membutuhkan alat pertanian tradisional seperti buatannya.
"Musim-musim seperti sekarang ini (menjelang musim hujan) malah penjualan meningkat, karena para petani banyak yang membeli alat-alat tani seperti cangkul," katanya.
Marmin mengatakan musim tanam saat ini omzet produksi dan pesanan meningkat yang awalnya satu kodi bisa menjadi 4-5 kodi per harinya. Pesanan ia dapat dari berbagai daerah, tidak hanya dari petani yang berada di Kabupaten Gunung Kidul.
"Kami tidak hanya melayani permintaan alat pertanian tradisional di Kabupaten Gunung Kidul, tapi juga dijual ke Wonogiri dan Sragen (Jawa Tengah)," katanya.
Ia menjual cangkul dari mulai harga Rp50.000 hingga Rp75.000. Sejauh ini, kata dia, permintaan alat pertanian tradisional masih tinggi dan tidak terpengaruh dengan produk impor.
"Alat tani tradisional kami juga mampu untuk bersaing dengan alat tani impor seperti dari China," tambahnya.
Salah satu pelanggan alat pertanian tradisional, Wakijo mengatakan ia biasa membeli beberapa alat pertanian seperti garuk dan ungkal. Menurutnya alat pertanian tradisional yang diproduksi Marmin cukup berkualitas.
"Ini saya membeli beberapa alat, nantinya akan dijual lagi dan sudah langganan di sini," kata Wakijo.
Baca juga: Kemendag: Tidak boleh impor cangkul, kecuali setengah jadi
Baca juga: Menperin minta impor pacul dihentikan
Perajin alat pertanian tradisional, Marmin di Gunung Kidul, Jumat, mengatakan dirinya tidak takut dengan serbuan alat-alat tersebut, karena pelanggan sudah mengenal kualitas alat pertanian yang dibuat oleh bengkelnya.
"Masyarakat dan petani di sini sudah paham kualitas produk alat pertanian yang kami produksi. Kami hanya perlu mempertahankan kualitas dan memperbaiki pelayanan," kata Marmin.
Ia juga mengaku setiap menjelang musim tanam, permintaan alat pertanian tradisional justru meningkat tajam. Alat pertanian modern tidak semua dapat digunakan di lahan yang ada di Gunung Kidul, sehingga petani masih banyak yang membutuhkan alat pertanian tradisional seperti buatannya.
"Musim-musim seperti sekarang ini (menjelang musim hujan) malah penjualan meningkat, karena para petani banyak yang membeli alat-alat tani seperti cangkul," katanya.
Marmin mengatakan musim tanam saat ini omzet produksi dan pesanan meningkat yang awalnya satu kodi bisa menjadi 4-5 kodi per harinya. Pesanan ia dapat dari berbagai daerah, tidak hanya dari petani yang berada di Kabupaten Gunung Kidul.
"Kami tidak hanya melayani permintaan alat pertanian tradisional di Kabupaten Gunung Kidul, tapi juga dijual ke Wonogiri dan Sragen (Jawa Tengah)," katanya.
Ia menjual cangkul dari mulai harga Rp50.000 hingga Rp75.000. Sejauh ini, kata dia, permintaan alat pertanian tradisional masih tinggi dan tidak terpengaruh dengan produk impor.
"Alat tani tradisional kami juga mampu untuk bersaing dengan alat tani impor seperti dari China," tambahnya.
Salah satu pelanggan alat pertanian tradisional, Wakijo mengatakan ia biasa membeli beberapa alat pertanian seperti garuk dan ungkal. Menurutnya alat pertanian tradisional yang diproduksi Marmin cukup berkualitas.
"Ini saya membeli beberapa alat, nantinya akan dijual lagi dan sudah langganan di sini," kata Wakijo.
Baca juga: Kemendag: Tidak boleh impor cangkul, kecuali setengah jadi
Baca juga: Menperin minta impor pacul dihentikan
Pewarta: Sutarmi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: