IHSG ditutup menguat, merespons perbaikan data ekonomi domestik
8 November 2019 17:28 WIB
Ilustrasi: Dua karyawan berbincang di lobi utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat ditutup menguat, merespons perbaikan data ekonomi domestik.
IHSG ditutup menguat 13,36 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.177,98. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 3,32 poin atau 0,34 persen menjadi 981,69.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa penguatan IHSG salah satunya ditopang oleh data neraca Indonesia yang membaik sehingga berdampak pada psikologis investor untuk melakukan aksi beli.
"IHSG sempat terkoreksi tapi berbalik arah karena merespons data ekonomi nasional yang membaik. Masih terlihat bagi IHSG untuk masuk dalam tren penguatan dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang, ditunjang perbaikan data ekonomi," katanya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit 46 juta dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar 2,0 miliar dolar AS. Kondisi itu ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan yang membaik serta surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat.
Sementara defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS (2,7 persen dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dolar AS (2,9 persen dari PDB).
Sedangkan surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar 7,6 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 6,5 miliar dolar AS.
"Perbaikan neraca itu menunjukkan ekonomi Indonesia yang tetap terjaga di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak," katanya.
Direktur Utama Foster Asset Management Andreas Yasakasih menambahkan sebagian investor juga mulai merespons sentimen positif mengenai data cadangan devisa Indonesia yang meningkat.
"Kemarin pasar keuangan belum merespons data cadangan devisa. Kemarin (7/11), fokusnya mengenai perang dagang dan adjusment portofolio mengenai perubahan indeks MSCI," ucapnya.
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2019 tercatat sebesar 126,7 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2019 sebesar 124,3 miliar dolar AS.
Sementara itu tercatat frekuensi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sebanyak 492.529 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 9,22 miliar lembar saham senilai Rp8,16 triliun. Sebanyak 174 saham naik, 228 saham menurun, dan 146 saham tidak bergerak nilainya.
Sementara itu, bursa regional antara lain Indeks Nikkei menguat 61,60 poin (0,26 persen) ke 23,391,90, Indeks Hang Seng melemah 196,10 poin (0,70 persen) ke 27.651,10, dan Indeks Straits Times menguat 21,42 poin (0,65 persen) ke posisi 3.264,30.
Baca juga: Analis: IHSG akhir pekan bergerak variatif dengan peluang melemah
Baca juga: Anomali, rupiah cenderung melemah di tengah penguatan mata uang Asia
IHSG ditutup menguat 13,36 poin atau 0,20 persen ke posisi 6.177,98. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 3,32 poin atau 0,34 persen menjadi 981,69.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa penguatan IHSG salah satunya ditopang oleh data neraca Indonesia yang membaik sehingga berdampak pada psikologis investor untuk melakukan aksi beli.
"IHSG sempat terkoreksi tapi berbalik arah karena merespons data ekonomi nasional yang membaik. Masih terlihat bagi IHSG untuk masuk dalam tren penguatan dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang, ditunjang perbaikan data ekonomi," katanya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2019 menunjukkan perbaikan dengan mencatat defisit 46 juta dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar 2,0 miliar dolar AS. Kondisi itu ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan yang membaik serta surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat.
Sementara defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS (2,7 persen dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dolar AS (2,9 persen dari PDB).
Sedangkan surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar 7,6 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 6,5 miliar dolar AS.
"Perbaikan neraca itu menunjukkan ekonomi Indonesia yang tetap terjaga di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak," katanya.
Direktur Utama Foster Asset Management Andreas Yasakasih menambahkan sebagian investor juga mulai merespons sentimen positif mengenai data cadangan devisa Indonesia yang meningkat.
"Kemarin pasar keuangan belum merespons data cadangan devisa. Kemarin (7/11), fokusnya mengenai perang dagang dan adjusment portofolio mengenai perubahan indeks MSCI," ucapnya.
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2019 tercatat sebesar 126,7 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2019 sebesar 124,3 miliar dolar AS.
Sementara itu tercatat frekuensi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sebanyak 492.529 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 9,22 miliar lembar saham senilai Rp8,16 triliun. Sebanyak 174 saham naik, 228 saham menurun, dan 146 saham tidak bergerak nilainya.
Sementara itu, bursa regional antara lain Indeks Nikkei menguat 61,60 poin (0,26 persen) ke 23,391,90, Indeks Hang Seng melemah 196,10 poin (0,70 persen) ke 27.651,10, dan Indeks Straits Times menguat 21,42 poin (0,65 persen) ke posisi 3.264,30.
Baca juga: Analis: IHSG akhir pekan bergerak variatif dengan peluang melemah
Baca juga: Anomali, rupiah cenderung melemah di tengah penguatan mata uang Asia
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: