Konferensi pers tersebut diselenggarakan oleh Wakil Ketua CNRP Mu Sochua, bekerja sama dengan Kurawal Foundation, yaitu organisasi nonprofit yang berbasis di Jakarta dan bergerak di bidang kebebasan media dan penegakan demokrasi.
“Saya meminta maaf atas intervensi saya kemarin, tetapi sebagai duta besar saya harus bereaksi dalam situasi seperti itu untuk membela kebijakan pemerintah saya,” ujar Hor saat ditemui di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Jumat.
Kedatangan Dubes Hor di Kemlu guna memenuhi panggilan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu RI Andri Hadi.
Hor sendiri tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai materi pembicaraan dengan pemerintah Indonesia, namun menyebut bahwa pertemuannya dengan pihak Kemlu berjalan baik.
“Saya ke sini (Kemlu) untuk menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang baik dalam menangani isu ini,” tutur dia.
Konferensi pers beberapa hari lalu membahas mengenai rencana para petinggi CNRP, Mu Sochua dan Sam Rainsy, untuk kembali ke tanah air mereka pada 9 November mendatang---tepat pada Hari Kemerdekaan Kamboja.
Keduanya merupakan eksil politik yang menentang pemerintah Kamboja di bawah pimpinan Perdana Menteri Hun Sen saat ini.
Sebagai perwakilan pemerintah Kamboja, Hor merasa keberatan dengan agenda konferensi pers yang dihadiri sejumlah media nasional arus utama dan media asing itu.
Hor dan Mu bahkan sempat berdebat dengan pandangan masing-masing yang saling bertolak belakang.
Salah satunya adalah ketika Hor ditanya mengenai kemungkinan pemerintah Kamboja menahan Mu Sochua dan Sam Rainsy jika mereka bisa tiba di Kamboja dengan jalur darat melalui perbatasan Thailand.
“Tentu saja, karena kami mempunyai peraturan mengenai isu ancaman, dan dia (Mu Sochua) tahu tentang itu,” kata Hor.
Baca juga: Dubes Kamboja interupsi konferensi pers petinggi oposisi di Jakarta
Baca juga: Petinggi oposisi tegaskan Sam Rainsy akan pulang ke Kamboja
Baca juga: Pemimpin oposisi Kamboja ditahan di Malaysia