Petani Kediri buat alat penebar pupuk
8 November 2019 12:52 WIB
Panimin saat mempraktikkan alat penebar pupuk buatannya di ladang Desa Wonocatur, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat (8/11/2019). (ANTARA/ Asmaul Chusna)
Kediri (ANTARA) - Petani di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Panimin, berhasil membuat alat penebar pupuk dari bahan-bahan sederhana, sehingga memudahkan petani untuk memupuk tanaman, bahkan petani yang sudah lanjut usia.
"Ini alat untuk menyebar pupuk pada tanaman. Idenya muncul karena petani di kampung saya banyak yang usia lanjut, merasa pinggang sakit jika memupuk. Jadi, dengan alat ini bisa membantu," kata Panimin, petani pembuat alat tersebut yang ditemui di rumahnya di Desa Wonocatur, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jumat.
Ia mengatakan, alat berbentuk lonjong ini dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti dari pipa pralon, bahkan ada yang merupakan barang bekas.
Awalnya, pipa dengan ukuran 2,5 dim (diameter lingkaran pipa) dipotong dengan panjang sekitar 130 centimeter. Lalu dua pipa kecil yang dibuat dengan lubang yang sama, untuk jalur pupuk. Setelah semua selesai dilubangi, direkatkan dengan paku agar tidak mudah bergerak.
Baca juga: Teknologi Balitbangtan mampu perpanjang umur simpan buah
Setelah itu, semua diikat dengan tali ban. Untuk tutup, juga dibuat dari botol bekas yang dipotong meruncing. Tujuannya selain untuk menutup pipa, juga untuk mengambil pupuk dan menuangkannya ke dalam pipa.
Alat sederhana namun bermanfaat itu bisa dibuat dalam rentang waktu sekitar dua jam. Setelah jadi, alat siap untuk dimanfaatkan. Dari ukuran pipa itu, bisa menampung satu ember kecil atau sekitar 4 kilogram pupuk.
Panimin mengklaim dengan bantuan alat praktis ini akan lebih mengefisienkan waktu pemupukan. Jika dengan cara konvensional atau ditaruh satu per satu dengan cara membungkuk membutuhkan waktu antara 4-5 jam, dengan memanfaatkan alat ini hanya selesai tiga jam.
"Keunggulannya bisa efisien waktu, menghindari sakit pinggang, takaran pupuk juga rata. Biasanya untuk pemupukan ladang antara 4-5 jam, dengan alat ini hanya sekitar tiga jam. Alatnya dari bahan sederhana, termasuk bahan bekas dari sekeliling, misalnya kayu pegangan dari sapu bekas, karet ban bekas," ujar dia.
Baca juga: Teknologi Jarwo Super terbukti tingkatkan produksi benih sebar padi
Ia mengatakan, sejak para tetangga kenal alat ini sekitar awal 2019, banyak yang tertarik. Dirinya akhirnya memenuhi pesanan para petani dari daerahnya termasuk dari luar daerah. Satu unit alat ini dijual seharga Rp75 ribu.
"Umur alat ini bisa sampai 5-6 tahun asalkan tidak sampai jatuh atau tertimpa barang keras lainnya. Saya buatkan berdasarkan pesanan, harganya saya patok Rp75 ribu per unit," kata dia.
Yayuk Anisa, salah seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Kediri mengaku sangat mengapresiasi kreativitas para petani.
Pihaknya mendukung penuh berbagai alat yang dibuat oleh petani termasuk alat untuk menebar pupuk itu, karena termasuk inovasi baru kendati dari bahan sederhana.
"Kami mendukung penuh jika ada petani yang kreatif, termasuk alat bantu penebar pupuk ini. Tentunya ini memudahkan petani," kata Yayuk. (*)
Baca juga: Akademisi: Penerapan teknologi dongkrak ekspor pertanian
"Ini alat untuk menyebar pupuk pada tanaman. Idenya muncul karena petani di kampung saya banyak yang usia lanjut, merasa pinggang sakit jika memupuk. Jadi, dengan alat ini bisa membantu," kata Panimin, petani pembuat alat tersebut yang ditemui di rumahnya di Desa Wonocatur, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jumat.
Ia mengatakan, alat berbentuk lonjong ini dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti dari pipa pralon, bahkan ada yang merupakan barang bekas.
Awalnya, pipa dengan ukuran 2,5 dim (diameter lingkaran pipa) dipotong dengan panjang sekitar 130 centimeter. Lalu dua pipa kecil yang dibuat dengan lubang yang sama, untuk jalur pupuk. Setelah semua selesai dilubangi, direkatkan dengan paku agar tidak mudah bergerak.
Baca juga: Teknologi Balitbangtan mampu perpanjang umur simpan buah
Setelah itu, semua diikat dengan tali ban. Untuk tutup, juga dibuat dari botol bekas yang dipotong meruncing. Tujuannya selain untuk menutup pipa, juga untuk mengambil pupuk dan menuangkannya ke dalam pipa.
Alat sederhana namun bermanfaat itu bisa dibuat dalam rentang waktu sekitar dua jam. Setelah jadi, alat siap untuk dimanfaatkan. Dari ukuran pipa itu, bisa menampung satu ember kecil atau sekitar 4 kilogram pupuk.
Panimin mengklaim dengan bantuan alat praktis ini akan lebih mengefisienkan waktu pemupukan. Jika dengan cara konvensional atau ditaruh satu per satu dengan cara membungkuk membutuhkan waktu antara 4-5 jam, dengan memanfaatkan alat ini hanya selesai tiga jam.
"Keunggulannya bisa efisien waktu, menghindari sakit pinggang, takaran pupuk juga rata. Biasanya untuk pemupukan ladang antara 4-5 jam, dengan alat ini hanya sekitar tiga jam. Alatnya dari bahan sederhana, termasuk bahan bekas dari sekeliling, misalnya kayu pegangan dari sapu bekas, karet ban bekas," ujar dia.
Baca juga: Teknologi Jarwo Super terbukti tingkatkan produksi benih sebar padi
Ia mengatakan, sejak para tetangga kenal alat ini sekitar awal 2019, banyak yang tertarik. Dirinya akhirnya memenuhi pesanan para petani dari daerahnya termasuk dari luar daerah. Satu unit alat ini dijual seharga Rp75 ribu.
"Umur alat ini bisa sampai 5-6 tahun asalkan tidak sampai jatuh atau tertimpa barang keras lainnya. Saya buatkan berdasarkan pesanan, harganya saya patok Rp75 ribu per unit," kata dia.
Yayuk Anisa, salah seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Kediri mengaku sangat mengapresiasi kreativitas para petani.
Pihaknya mendukung penuh berbagai alat yang dibuat oleh petani termasuk alat untuk menebar pupuk itu, karena termasuk inovasi baru kendati dari bahan sederhana.
"Kami mendukung penuh jika ada petani yang kreatif, termasuk alat bantu penebar pupuk ini. Tentunya ini memudahkan petani," kata Yayuk. (*)
Baca juga: Akademisi: Penerapan teknologi dongkrak ekspor pertanian
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: