Sorong (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat bekerja sama dengan Conservation International (CI) menggelar pelatihan valuasi ekonomi ketam kenari guna mendukung pemanfaatan ketam kenari di Kepulauan Fam, Kabupaten Raja Ampat.

Pelatihan yang diikuti oleh perwakilan akademisi, pemerintah daerah, pelaku pariwisata, dan pemerhati konservasi di Kabupaten Raja Ampat itu berlangsung di aula Kantor BBKSDA, Sorong, Rabu.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat, R. Basar Manullang dengan harapan pelatihan tersebut dapat memberikan pembekalan dan ilmu bagi stakeholder terkait untuk mendukung pemanfaatan ketam kenari, sejenis kepiting besar, di Kepulauan Fam.

Baca juga: Akademisi rekomendasi ketam kenari ditangkarkan

Dia mengatakan, masyarakat Kepulauan Fam telah memanfaatkan ketam kenari atau birgus latro sebagai sumber ekonomi.

Menurut dia, kehadiran Pemerintah harus memberikan solusi yang tepat bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga semua pihak terkait mendukung pemanfaatan ketam kenari guna peningkatan ekonomi masyarakat di kepulauan Fam.

Dikatakan, BBKSDA telah membentuk kelompok tani hutan di tiga kampung Kepulauan Fam guna pemanfaatan ketam kenari yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.

Karena itu, kata dia, stakeholder yang terlibat dalam pelatihan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pikiran untuk sama-sama membina kelompok masyarakat tersebut.

Baca juga: BBKSD sosialisasi perlindungan ketam kenari di Kepulauan Fam

"Ke depannya agar pemanfaatan ketam kenari tidak hanya memberi dampak ekonomi saja, tetapi juga mengutamakan pelestariannya untuk kehidupan generasi di masa yang akan datang," katanya.

Perwakilan CI Victor Nikijuluw yang memberikan keterangan terpisah, berterima kasih kepada BBKSDA yang memfasilitasi pelatihan tersebut serta berharap stakeholder yang terlibat dapat memahami ilmu tentang ketam kenari dan memahami dasar-dasar valuasi ekonomi sehingga dapat memberi nilai ekonomi ketam kenari.

Sebelumnya peneliti ketam kenari Profesor Winda Mercedes Mingkid yang juga dosen Perikanan Universitas Sam Ratulangi mengatakan bahwa ketam kenari adalah satwa yang dilindungi dan perlu dilestarikan.

Menurut dia, berdasarkan informasi hasil survei Conservation Indonesia (CI) populasi ketam kenari di Kepulauan Fam Kabupaten Raja Ampat 400 ekor per satu hektare.

Jumlah tersebut sudah membludak dan jika statusnya berdasarkan keterangan BBKSDA bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan cara penangkaran atau beternak.

Baca juga: Ketam kenari gagal diselundupkan dari Baubau
Baca juga: Bandara Sam Ratulangi berhasil gagalkan pengiriman kepiting kenari