BNPB ajak masyarakat buat biopori antisipasi banjir
6 November 2019 15:47 WIB
Ilustrasi - Gerakan 5 Juta Lubang Biopori. Gerakan pembuatan 5 juta lubang resapan biopori yang diikuti berbagai elemen masyarakat dan profesi yang ditargetkan dalam kurun waktu 2 tahun ini selain sebagai upaya pencegahan banjir juga dalam rangka pelestarian lingkungan. (ANTARA /Arif Firmansyah)
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak masyarakat membuat biopori atau lubang buatan pada tanah yang diisi sampah organik untuk resapan air guna mengantisipasi banjir.
"Kita perlu membuat biopori agar air bisa masuk langsung ke dalam bumi dan tidak langsung mengalir ke sungai dan laut," kata Kepala Pusat Data Informasi (Kapusdatin) dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan biopori tersebut disarankan agar dibuat masyarakat terutama saat peralihan musim kemarau ke musim hujan yang berpotensi terjadinya banjir.
Baca juga: Kepala BNPB ajak masyarakat menjaga ekosistem Sungai Citarum
Apalagi, peralihan musim kemarau ke musim hujan ditandai dengan perubahan cuaca yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba. "Seperti disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika kadang-kadang terjadi hujan deras yang berlangsung cepat dan tiba-tiba," katanya.
Kondisi tersebut, perlu diantisipasi sedini mungkin oleh masyarakat untuk mengurangi risiko kerugian akibat bencana alam banjir dan sebagainya. Selain menyarankan membuat biopori, BNPB juga mengajak masyarakat untuk memangkas ranting-ranting pohon di sekitar pekarangan rumah.
Karena, ujar dia, cuaca ekstrem juga ditandai dengan angin kencang dan hujan lebat yang berpotensi merusak rumah dan pekarangan masyarakat. "Kita menghindari adanya korban jiwa, salah satu langkahnya yaitu memangkas ranting-ranting pohon agar tidak tertimpa," katanya.
Sementara itu, Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan peralihan musim kemarau ke musim hujan biasanya ditandai dengan cuaca ekstrem, oleh sebab itu masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Fenomena ekstrem itu biasanya perubahan cuaca cepat, pagi hingga siang panas terik dan sore tiba-tiba hujan deras disertai petir," katanya.
Baca juga: BNPB: Pergerakan tanah tambang di Kalimantan Utara bukan likuefaksi
"Kita perlu membuat biopori agar air bisa masuk langsung ke dalam bumi dan tidak langsung mengalir ke sungai dan laut," kata Kepala Pusat Data Informasi (Kapusdatin) dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan biopori tersebut disarankan agar dibuat masyarakat terutama saat peralihan musim kemarau ke musim hujan yang berpotensi terjadinya banjir.
Baca juga: Kepala BNPB ajak masyarakat menjaga ekosistem Sungai Citarum
Apalagi, peralihan musim kemarau ke musim hujan ditandai dengan perubahan cuaca yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba. "Seperti disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika kadang-kadang terjadi hujan deras yang berlangsung cepat dan tiba-tiba," katanya.
Kondisi tersebut, perlu diantisipasi sedini mungkin oleh masyarakat untuk mengurangi risiko kerugian akibat bencana alam banjir dan sebagainya. Selain menyarankan membuat biopori, BNPB juga mengajak masyarakat untuk memangkas ranting-ranting pohon di sekitar pekarangan rumah.
Karena, ujar dia, cuaca ekstrem juga ditandai dengan angin kencang dan hujan lebat yang berpotensi merusak rumah dan pekarangan masyarakat. "Kita menghindari adanya korban jiwa, salah satu langkahnya yaitu memangkas ranting-ranting pohon agar tidak tertimpa," katanya.
Sementara itu, Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan peralihan musim kemarau ke musim hujan biasanya ditandai dengan cuaca ekstrem, oleh sebab itu masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Fenomena ekstrem itu biasanya perubahan cuaca cepat, pagi hingga siang panas terik dan sore tiba-tiba hujan deras disertai petir," katanya.
Baca juga: BNPB: Pergerakan tanah tambang di Kalimantan Utara bukan likuefaksi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: