New York (ANTARA) - Mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss merosot terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena tanda-tanda yang berkembang bahwa Amerika Serikat dan China semakin mendekati kesepakatan perdagangan, yang mendorong selera risiko dan investor mencari mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi.
Kenaikan terhadap mata uang yen dan franc Swiss mendorong indeks dolar ke level tertinggi tiga minggu, mengikuti kenaikan imbal hasil obligasi 10-tahun AS. Mata uang yang berorientasi perdagangan seperti dolar Australia juga melonjak, dengan mata uang China naik ke level tertinggi tiga bulan terhadap greenback.
Keputusan oleh bank sentral China untuk memangkas suku bunga kredit hanya lima basis poin juga meningkatkan pengambilan risiko secara keseluruhan.
China mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang diberlakukan pada September sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan AS-China "fase satu", yang diperkirakan akan ditandatangani akhir bulan ini, orang-orang yang akrab dengan negosiasi mengatakan.
"Tumbuhnya optimisme kesepakatan perdagangan terus menjadi pendorong di balik kenaikan imbal hasil obligasi 10-tahun AS minggu ini dan kami pikir langkah pagi ini di atas 1,83 persen membuat dana mendambakan terobosan lebih tinggi ke 109-an (dalam dolar/yen)," kata Erik Bregar, Kepala Strategi Valas di Exchange Bank of Canada di Toronto.
Dalam perdagangan sore, dolar AS naik 0,6 persen terhadap yen menjadi 109,21 yen, dan naik 0,6 persen terhadap franc Swiss di 0,9935.
Yen dan franc Swiss cenderung menguat pada saat terjadi ketegangan geopolitik dan tekanan finansial.
Indeks dolar naik 0,5 persen menjadi 97,969.
Yuan diperdagangkan di pasar luar negeri melonjak ke level terkuat sejak 5 Agustus di 6,9838 yuan terhadap dolar. Yuan di pasar China juga mencatatkan penutupan terkuat sejak 2 Agustus.
Mata uang yuan mempertahankan kenaikannya bahkan setelah bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun untuk pertama kalinya sejak awal 2016, meskipun bank sentral memilih untuk pemotongan lima basis poin, yang oleh Commerzbank disebut "kecil."
China dan Amerika Serikat telah memberlakukan tarif pada barang satu sama lain dalam perang dagang yang telah berlangsung selama 16 bulan dan meningkatkan momok resesi global.
Kit Juckes, kepala Strategi Valas di Societe Generale, mengatakan perjanjian itu mungkin akan menandai gencatan senjata daripada perdamaian tetapi menambahkan bahwa "peluang untuk mendapatkan kesepakatan tahap pertama tampaknya cukup baik."
Optimisme tumpah ke mata uang lainnya, dengan dolar Australia mendekati tertinggi tiga bulan terakhir dan tertinggi terhadap yen sejak akhir Juli.
Namun, euro turun 0,4 persen terhadap dolar pada 1,1091.
Juckes mengatakan euro akan menjadi salah satu mata uang terakhir yang mendapat manfaat dari peningkatan sentimen risiko, mencatat bahwa data Senin (4/11/2019) menunjukkan aktivitas manufaktur Polandia dalam penurunan tertajam dalam 10 tahun yang telah menekan euro.
Negara-negara Eropa Tengah seperti Polandia adalah pasar utama dan tujuan investasi bagi perusahaan-perusahaan zona euro.
Baca juga: Harga emas jatuh 27,4 dolar, tertekan penguatan greenback
Mata uang "safe-haven" jatuh, AS-China dekati kesepakatan perdagangan
6 November 2019 06:57 WIB
Dua mata uang, dolar AS versus Euro. ANTARA/Shutterstocks/pri. (ANTARA/Shutterstocks)
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: