"Dari total 140.513 orang yang ditimbang di Posyandu pada Maret 2019, 98 di antaranya berstatus gizi kurus," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Indra Setiawan di Jakarta, Senin.
Status gizi kurus dihitung berdasarkan ketidaksesuaian berat badan dengan usia penderitanya saat dilakukan timbang badan.
Penyebabnya bukan karena ketidakmampuan untuk mengakses makanan bergizi, sanitasi atau layanan kesehatan, namun lebih disebabkan gaya hidup yang tidak sehat.
Indra mengatakan, warga Jakarta Timur bisa membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat.
Baca juga: Jaktim duduki peringkat tertinggi balita kerdil se-DKI
Baca juga: Anies: Seharusnya Jakarta tidak ada lagi anak yang "stunting"
Pemerintah Jakarta Timur juga sedang mengintensifkan perhatian pada penanganan gizi yang seimbang bagi warganya.Baca juga: Jaktim duduki peringkat tertinggi balita kerdil se-DKI
Baca juga: Anies: Seharusnya Jakarta tidak ada lagi anak yang "stunting"
"Kita sedang gencar melakukan perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan," katanya.
Hal itu dilakukan melalui sejumlah upaya, di antaranya pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan menengah, serta perumusan kebijakan.
Jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sedang menjalankan rencana kerja pengentasan balita gizi kurus melalui pembinaan kepada kalangan remaja perempuan, ibu rumah tangga, hingga fase dua tahun usai melahirkan.
"Kita tarik dulu ke belakang, bagaimana menangani hidup sehat remaja putri, mempersiapkan remaja sebelum disunting sebagai istri, sampai melahirkan," katanya.
Bahkan hingga remaja putri tersebut memiliki bayi berusia dua tahun, akan diberikan bimbingan pola gizi yang seimbang bagi anak.