125 KK di Kelurahan Manggarai masih terima kiriman air bersih
3 November 2019 15:27 WIB
Warga antre mengambil air bersih dari tangki penampungan air yang dikirim oleh BPBD DKI Jakarta sejak 29 Oktober 2019 ke RW 10 Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (3/11/2019). ANTARA/HO/Dok. LMK RW 10 Kelurahan Manggarai/pri.
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 125 kepala keluarga (KK) atau sekitar 200 jiwa di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, masih menerima kiriman air bersih dari BPBD DKI Jakarta karena kesulitan air sejak dua bulan terakhir.
"Sampai hari ini warga kami masih menerima kiriman air bersih dari BPBD DKI Jakarta yang dikirim melalui Palyja, tadi masuk jam 09.00 WIB pagi," kata Lurah Manggarai, Budi Santoso saat dihubungi Antara, Minggu.
Budi mengatakan 125 KK tersebut tersebar di delapan RT yang ada di RW 10 yakni RT 004 sampai 009, RT 011 dan RT 015.
Menurut dia, kondisi kesulitan air ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir dan bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta baru diterima warga sejak 29 Oktober 2019.
Baca juga: 10 kampung dengan kondisi sosial paling rawan di DKI
Bantuan kiriman air tiba setiap harinya antara pagi dan sore hari yakni jam 09.00 WIB dan jam 15.30 WIB. Setiap hari ada dua tangki air Palyja yang datang mengirimkan air, satu tangki dapat mengisi empat toren air berupa tandon dengan kapasitas 250 liter.
"Total ada delapan tangki air dipasang di wilayah tersebut," kata Budi.
Menurut anggota Lembaga Masyarakat Kota (LMK) RW 01, Muhammad Cahya Komar atau Pak Chepy, selama dua bulan terakhir warga kesulitan air karena kemarau panjang yang terjadi.
Ia mengatakan warga di wilayah tersebut memiliki saluran air PAM yakni Palyja, tetapi selama kemarau debitnya kecil dan hanya keluar atau mengucur setiap subuh dan malam hari.
"Itu pun kecil airnya, tidak lancar," kata Chepy.
Selain memiliki saluran air PAM, warga sekitar juga memiliki sumur timba dengan kedalaman hingga 30 meter, tetapi volumenya kecil hanya bisa ditimba dua sampai tiga kali, setelah itu airnya berubah keruh karena tanahnya ikut terangkut.
Baca juga: Warga RW 12 Bukit Duri terperangkap banjir
Selama dua bulan warga bertahan menggunakan air dari rumah warga yang memiliki air lancar seperti di RT 013. Sedangkan warga di RT 012 mengambil air dari mushola terdekat dengan cara patungan membayar listrik.
Setelah kesulitan air bersih semakin luas dan warga mulai terbebani dengan biaya listrik, pihak LMK melaporkan kepada lurah untuk meminta bantuan ke BPBD DKI Jakarta.
Sejak tanggal 29 Oktober bantuan kiriman air bersih masuk ke RW 10, awalnya untuk empat tanki, setelah itu bertambah menjadi delapan, setelah warga banyak yang melaporkan sulit mendapatkan air.
"Kalau dengan bantuan air dari BPBD ini kan gratis tidak perlu bayar," kata Chepy.
"Sampai hari ini warga kami masih menerima kiriman air bersih dari BPBD DKI Jakarta yang dikirim melalui Palyja, tadi masuk jam 09.00 WIB pagi," kata Lurah Manggarai, Budi Santoso saat dihubungi Antara, Minggu.
Budi mengatakan 125 KK tersebut tersebar di delapan RT yang ada di RW 10 yakni RT 004 sampai 009, RT 011 dan RT 015.
Menurut dia, kondisi kesulitan air ini sudah terjadi sejak dua bulan terakhir dan bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta baru diterima warga sejak 29 Oktober 2019.
Baca juga: 10 kampung dengan kondisi sosial paling rawan di DKI
Bantuan kiriman air tiba setiap harinya antara pagi dan sore hari yakni jam 09.00 WIB dan jam 15.30 WIB. Setiap hari ada dua tangki air Palyja yang datang mengirimkan air, satu tangki dapat mengisi empat toren air berupa tandon dengan kapasitas 250 liter.
"Total ada delapan tangki air dipasang di wilayah tersebut," kata Budi.
Menurut anggota Lembaga Masyarakat Kota (LMK) RW 01, Muhammad Cahya Komar atau Pak Chepy, selama dua bulan terakhir warga kesulitan air karena kemarau panjang yang terjadi.
Ia mengatakan warga di wilayah tersebut memiliki saluran air PAM yakni Palyja, tetapi selama kemarau debitnya kecil dan hanya keluar atau mengucur setiap subuh dan malam hari.
"Itu pun kecil airnya, tidak lancar," kata Chepy.
Selain memiliki saluran air PAM, warga sekitar juga memiliki sumur timba dengan kedalaman hingga 30 meter, tetapi volumenya kecil hanya bisa ditimba dua sampai tiga kali, setelah itu airnya berubah keruh karena tanahnya ikut terangkut.
Baca juga: Warga RW 12 Bukit Duri terperangkap banjir
Selama dua bulan warga bertahan menggunakan air dari rumah warga yang memiliki air lancar seperti di RT 013. Sedangkan warga di RT 012 mengambil air dari mushola terdekat dengan cara patungan membayar listrik.
Setelah kesulitan air bersih semakin luas dan warga mulai terbebani dengan biaya listrik, pihak LMK melaporkan kepada lurah untuk meminta bantuan ke BPBD DKI Jakarta.
Sejak tanggal 29 Oktober bantuan kiriman air bersih masuk ke RW 10, awalnya untuk empat tanki, setelah itu bertambah menjadi delapan, setelah warga banyak yang melaporkan sulit mendapatkan air.
"Kalau dengan bantuan air dari BPBD ini kan gratis tidak perlu bayar," kata Chepy.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: