Langgur (ANTARA) - Bali-Kei Archipelago 2019 menghadirkan pertunjukan musik dan pameran kuliner (masakan), dengan mendatangkan ahli rempah-rempah dari Malaysia.

"Bali-Kei Archipelago tahun ini kontennya bertambah. Tahun 2017 kita adakan musik ekspo, tahun ini kami menambahkan kuliner ekspo, dimana ahli rempah-rempah dari Malaysia hadir dan memasak, sekaligus memberi pengetahuan kepada ibu-ibu di sini bagaimana memasak dengan sehat dengan rempah-rempah tradisional Maluku," kata Ketua Penyelenggara Program Bali-Kei Archipelago 2019, Andy Manuhutu, ketika ditemui di pantai Ohililir, MalukubTenggara, tempat dilangsungkannya kegiatan tersebut, Sabtu malam (2/11).

Menurut Andy, sejak 2015 pihaknya sudah ingin melakukan sesuatu untuk mendorong percepatan pembangunan industri pariwisata di Kepulauan Kei, yang memang memiliki potensi pariwisata yang indah.

Baca juga: Kemenpar gelar festival kuliner di Ambon

Dalam program Bali-Kei Archipelago juga dikampanyekan kebersihan lingkungan di objek wisata, terutama dari sampah plastik.

Andy percaya jika industri pariwisata dikelola dan dibangun dengan baik, maka industri lainnya dengan sendirinya akan ikut tumbuh dan berkembang.

"Dengan potensi pariwisata yang dimiliki daerah ini, lama kelamaan industri pariwisata di Kepulauan Kei akan sangat menonjol di Provinsi Maluku," katanya.

Terkait infrastruktur, kata dia, sudah ada dan cukup untuk penyelenggaraan program-program seperti Bali-Kei Archipelago.

Ia berharap kendala utama dalam upaya pengembangan industri pariwisata di Kei, yakni sarana angkutan udara yang minim, dapat diatasi.

"Saat ini tinggal satu maskapai yang melayani penerbangan baik datang maupun pergi. Ini jelas menghambat kehadiran masyarakat luar daerah ini, lebih khusus wisman yang belum berkesempatan mengunjungi daerah dengan potensi pariwisata yang kaya ini," katanya.

Ditanya soal kerja sama dengan Pemda Maluku Tenggara, Andy mengakui pihaknya hanya mendapat izin pelaksanaan kegiatan, namun keterlibatan pemda secara langsung belum.

Terkait partisipasi, Andy menilai dengan jumlah penduduk sekitar 225 ribu orang untuk wilayah Malra dan Tual, program ini cukup mendapat dukungan terlihat dari kehadiran warga dengan membeli tiket masuk yang relatif murah.

"Ke depan kita rencanakan program ini dapat diadakan lagi. Kami ingin berlangsung selama enam hari, dan lebih banyak menarik warga lokal hingga wisman hadir. Kami juga harapkan sponsor bertambah, dan yang utama ada pihak-pihak yang akan berinvestasi di daerah ini," kata Andy.

Baca juga: Chef Bara promosikan kuliner Ambon "kohu-kohu"