KSSK: Stabilitas sistem keuangan terkendali di tengah ketidakpastian
1 November 2019 14:58 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kanan), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso (kiri), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah, bertumpu tangan bersama sebelum memberikan keterangan pers tentang hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (30/7/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ama.
Jakarta (ANTARA) - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan stabilitas sistem keuangan nasional hingga triwulan III 2019 masih terkendali di tengah ketidakpastian global.
Keterangan pers Sekretariat KSSK yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan stabilitas sistem keuangan masih dipengaruhi ketidakpastian hubungan perdagangan AS dengan China.
Perkembangan ini menyebabkan penurunan volume perdagangan dan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diikuti dengan melemahnya harga komoditas dan tekanan inflasi.
Baca juga: Sri Mulyani tetap waspadai perang dagang meskipun perekonomian stabil
Baca juga: OJK nilai stabilitas jasa keuangan terjaga dan risiko terkendali
Berbagai negara merespons perkembangan ini dengan melonggarkan kebijakan moneter dan memberikan stimulus fiskal, yang kemudian mendorong masuknya aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski menghadapi tantangan, pertumbuhan ekonomi dalam keadaan baik, dengan risiko kontraksi kinerja ekspor yang perlu mendapat perhatian karena berdampak pada kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi.
Stabilitas sistem keuangan yang terkendali hingga triwulan III 2019 tersebut didukung ketahanan perbankan yang terjaga, likuiditas yang memadai, serta pasar uang yang stabil.
Hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi, risiko kredit bermasalah (NPL) yang tetap rendah dan kecukupan likuiditas yang memadai.
Oleh karena itu, Sekretariat KSSK memastikan koordinasi kebijakan akan terus diperkuat agar mampu berdampak positif pada membaiknya stabilitas sistem keuangan.
Koordinasi kebijakan diarahkan untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan agar tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Selain itu, sinergi kebijakan diarahkan untuk memperkuat ketahanan eksternal, melalui berbagai upaya meningkatkan ekspor barang dan jasa dan menarik aliran masuk modal asing, termasuk penanaman modal.
Penilaian yang disampaikan KSSK ini merupakan hasil dari rapat asessment kondisi stabilitas sistem keuangan triwulan III-2019 pada Kamis (31/10/2019).
Rapat ini dihadiri oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
KSSK akan menyelenggarakan rapat berkala kembali pada Januari 2020 untuk memantau kondisi stabilitas sistem keuangan triwulan IV-2019.
Baca juga: KSSK terus perkuat koordinasi kebijakan jaga stabilitas ekonomi
Keterangan pers Sekretariat KSSK yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan stabilitas sistem keuangan masih dipengaruhi ketidakpastian hubungan perdagangan AS dengan China.
Perkembangan ini menyebabkan penurunan volume perdagangan dan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diikuti dengan melemahnya harga komoditas dan tekanan inflasi.
Baca juga: Sri Mulyani tetap waspadai perang dagang meskipun perekonomian stabil
Baca juga: OJK nilai stabilitas jasa keuangan terjaga dan risiko terkendali
Berbagai negara merespons perkembangan ini dengan melonggarkan kebijakan moneter dan memberikan stimulus fiskal, yang kemudian mendorong masuknya aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski menghadapi tantangan, pertumbuhan ekonomi dalam keadaan baik, dengan risiko kontraksi kinerja ekspor yang perlu mendapat perhatian karena berdampak pada kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi.
Stabilitas sistem keuangan yang terkendali hingga triwulan III 2019 tersebut didukung ketahanan perbankan yang terjaga, likuiditas yang memadai, serta pasar uang yang stabil.
Hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi, risiko kredit bermasalah (NPL) yang tetap rendah dan kecukupan likuiditas yang memadai.
Oleh karena itu, Sekretariat KSSK memastikan koordinasi kebijakan akan terus diperkuat agar mampu berdampak positif pada membaiknya stabilitas sistem keuangan.
Koordinasi kebijakan diarahkan untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan agar tetap mendorong momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Selain itu, sinergi kebijakan diarahkan untuk memperkuat ketahanan eksternal, melalui berbagai upaya meningkatkan ekspor barang dan jasa dan menarik aliran masuk modal asing, termasuk penanaman modal.
Penilaian yang disampaikan KSSK ini merupakan hasil dari rapat asessment kondisi stabilitas sistem keuangan triwulan III-2019 pada Kamis (31/10/2019).
Rapat ini dihadiri oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
KSSK akan menyelenggarakan rapat berkala kembali pada Januari 2020 untuk memantau kondisi stabilitas sistem keuangan triwulan IV-2019.
Baca juga: KSSK terus perkuat koordinasi kebijakan jaga stabilitas ekonomi
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: