Para pencari suaka itu juga disebutkan harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan makanan makanan serta menggunakan toilet, juga kesulitan akses pada obat-obatan.
Komisioner HAM Majelis Eropa Dunja Mijatovic mengatakan ia menyaksikan orang-orang mengantri makanan atau menunggu kamar mandi selama tiga jam di kamp pengungsi, yang didirikan bagi para pencari suaka di dua pulau Yunani.
"Orang-orang yang saya temui hidup dalam kondisi yang mengerikan dan dalam kesulitan," katanya saat acara jumpa pers.
Ia mengatakan para migran masih berjuang menghadapi keadaan di kamp pengungsian yang penuh sesak, tempat tinggal yang kurang, kondisi jorok dan akses pelayanan medis yang di bawah standar.
Yunani sedang berjuang keras melawan arus migran dan pengungsi yang datang sejak 2015, ketika lebih dari satu juta orang dari Turki menyeberang masuk ke Eropa melalui Yunani. Sekitar 34.000 pencari suaka dan pengungsi saat ini ditahan di sejumlah kamp di pulau Aegea dekat Turki.
Meskipun pemerintah konservatif mulai memindahkan lebih banyak orang ke daratan, jumlah migran yang pergi dan yang datang sama saja.
"Saya melihat anak-anak dengan penyakit kulit yang tidak diobati. Saya mendengar tidak adanya obat-obatan yang tersedia bagi orang-orang ini. Tidak ada akses untuk kesehatan, tidak ada akses yang layak untuk kesehatan dan banyak hal lainnya yang benar-benar mengejutkan Eropa dalam abad ke-21," kata Dunja.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jerman siap menampung seperempat migran yang tiba di Italia
Baca juga: Eropa setujui cara baru membendung aliran migran
Baca juga: Perdana Menteri Belanda sanggah isu "Islamophobia" di Eropa