Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berharap Indonesia bisa menginspirasi negara-negara dalam Forum Negara Kepulauan dan Pulau (AIS) untuk mengembangkan ekonomi digital.

Menurut dia, usaha rintisan di bidang digital akan menjadi penggerak ekonomi dunia di masa depan.

"Ada dua alasannya pertama adalah peluang yang besar di sektor ekonomi digital, Indonesia memiliki 171 juta pengguna internet dan 130 juta pengguna smartphone adalah peluang bagi ekonomi digital. Alasan kedua ada ribuan bahkan jutaan produk kreatif Indonesia menunggu untuk dikelola sebagai produk digital," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Luhut menyampaikan hal tersebut saat membuka Archipelagic and Island States (AIS) Startup and Business Summit 2019 yang dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (31/10).

Ia pun mengaku bangga karena berdasarkan data Hurun Research Institute bulan lalu, Indonesia masuk dalam 10 negara penghasil unicorn terbanyak di dunia.

Baca juga: Menko Luhut dukung langkah Kepala BKPM hentikan ekspor nikel

"Indonesia masih jauh tertinggal dari Tiongkok, yang memiliki 206 unicorn, Amerika Serikat punya 203, India memiliki 21 unicorn, Inggris punya 13. Indonesia punya empat, ada Gojek, Tokopedia dan Bukalapak tapi saya optimistis angka ini bisa terus meningkat," ujarnya.

Luhut berharap forum tersebut dapat membuka peluang kerja sama yang dapat membuat startup di negara-negara peserta AIS maju dan berkembang.

Archipelagic and Island States (AIS) Startup and Business Summit 2019 dihadiri oleh delegasi dari 23 negara yaitu Bahrain, Fiji, Komoro, Papua Nugini, Guinnea Bissau, Irlandia, Jamaica, Jepang, Kiribati, Madagascar, Maladewa, Malta, Marshall Island, Palau, Filipina, Samoa, Seychelles, Srilanka, Saint Kitss and Navis, Timor Leste, Tonga, Cabo Verde, dan Papua Nugini.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, Luhut juga mengunjungi Pulau Bunaken yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya bersama beberapa delegasi yaitu Ahmed Salih (Maladewa), Emil Tamur (Papua Nugini), Vilikesa Naivalucava (Fiji), dan Chamina bin Mohamed (Uni Komoros).

Dalam perbincangan informal tersebut, Luhut membicarakan mengenai perkembangan bisnis startup di Indonesia.

"Kami punya startup seperti Aruna yang bisa memetakan situasi perikanan di laut. Mungkin Anda bisa mencoba untuk negara Anda," kata Luhut.

Lebih jauh, dia menceritakan bahwa Menteri Maladewa Ahmed Salih mengaku tertarik dan mungkin akan mengajak para pengusaha rintisan digital Indonesia untuk ke negaranya dan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan di Indonesia.

Baca juga: Sektor manufaktur, startup dan ekonomi digital kunci Indonesia maju

Luhut juga membagi pengalamannya selama bekerja di pemerintahan, terutama dalam membangun Papua. Ia bahkan mengatakan Forum AIS mungkin bisa digelar di Papua pada tahun depan.

"Anda bisa melihat Papua secara langsung dan menyaksikan secara langsung bagaimana kami membangun Papua dan rakyat Papua," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Papua Nugini Emmil Tamur menanyakan bagaimana cara Indonesia memacu generasi muda untuk aktif menciptakan startup. Luhut pun menjawab agar jangan bosan menginspirasi mereka, serta menyampaikan manfaat teknologi untuk kehidupan sehari-hari.

AIS atau Forum Negara Kepulauan dan Negara Pulau merupakan forum kerja sama antara enam negara-negara kepulauan dan 41 negara-negara pulau.

AIS diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama dengan United Nations Development Programme (UNDP)/Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Forum itu diharapkan bisa menjadi wadah bagi anggotanya untuk bekerjasama dengan semua pemangku kepentingan antara lain sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi tentang inisiatif perubahan iklim dan perlindungan laut.

AIS Forum 2019 membicarakan berbagai isu terkait bagi negara kepulauan dan potensinya, serta empat isu strategis. Empat isu tersebut yaitu mengurangi sampah laut; mendukung perlindungan ekosistem pantai dan laut, mendorong perekonomian lokal di tujuan-tujuan wisata; dan melindungi anak-anak dalam perjalanan pariwisata.