Ananda Sukarlan konser di UPH merawat perdamaian Papua
31 Oktober 2019 22:41 WIB
Mahasiswa Universitas Pelita Harapan (UPH) Kabupaten Tangerang, Banten, menyuguhkan tarian sebelum konser pianis dan komposer Ananda Sukarlan. (Antara/Adityawarman)
Tangerang (ANTARA) - Komposer yang juga pianis terkenal Ananda Sukarlan mengelar konser di kampus Universitas Pelita Harapan (UPH) Kabupaten Tangerang, Banten bertajuk "Indonesia in Harmony" dengan tujuan merawat perdamaian di Papua.
“Keseragaman kita sebagai Bangsa Indonesia justru adanya keberagaman," kata Ananda Sukarlan di Tangerang, Kamis malam, sebelum memulai konser.
Ananda menambahkan konser ini sebagai wujud syukur terhadap kondisi Papua yang aman dan damai pascakerusuhan beberapa waktu lalu.
Dia menyebutkan, Rapsodia Nusantara merupakan karya yang berdasar pada sejumlah lagu tradisional dibuat untuk merayakan keberagaman Indonesia.
Baca juga: Tarian Papua spektakuler ramaikan pembukaan FLS2N 2019
Namun dari 13 lagu nusantara yang dibawakan Ananda memperkenalkan secara khusus “Rapsodia Nusantara 24” untuk memperingati tokoh perdamaian Papua, Pater Neles Tebay, yang wafat pada April 2019.
Sedangkan karya tersebut menggubah melodi rakyat “Domidow” asal Dogiyai, Papua, tempat kelahiran Pater Neles Tebay.
Menurut dia, awalnya tidak pernah dengar tentang Dogiyai, kemudian melakukan riset dan ada yang mengabarkan notasi melodi rakyat Domidow, maka akhirnya menjadi Rapsodi Nusantara 24.
Bahkan lagu tersebut pertama kali dibawakan pada "Ubud Writers and Readers Festival" di Bali, pekan lalu.
Demikian pula Rapsodia Nusantara 24 adalah nomor terakhir sejumlah lagu berdasarkan melodi Nusantara yang diciptakan Ananda dan setiap nomor Rapsodia fokus ke satu atau beberapa lagu daerah dari sejumlah provinsi di Indonesia.
Pianis kelahiran Jakarta, 10 Juni 1968 itu mengatakan Rapsodia Nusantara telah dimainkan oleh ratusan pianis dari berbagai negara.
Baca juga: Papua Terkini - Tarian Papua warnai kirab budaya "tebokan" di Kudus
Sebelum konser, penonton juga disuguhkan dengan pemutaran film dokumenter tentang Papua yang berjudul “Pelangi di Ufuk Timur” karya Baptista Anton, dan diskusi yang menghadirkan Aileen H Riyadi dari Yayasan Pendidikan Harapan Papua serta tarian oleh mahasiswa UPH.
Para nara sumber pada diskusi itu sepakat kedamaian di Papua harus terus dirawat demi memajukan pendidikan dan kualitas kehidupan saudara sebangsa setanah air kita di Bumi Cenderawasih.
Padahal sebelumnya, semangat untuk terus merawat perdamaian di Papua juga ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memilih daerah Papua sebagai kunjungan perdananya setelah dilantik sebagai Presiden periode 2019 hingga 2024.
Presiden Jokowi secara khusus meluangkan waktunya untuk meninjau sejumlah lokasi terdampak kerusuhan yang pernah terjadi di Wamena pada September 2019.
Jokowi meminta kerusuhan tidak terulang lagi di tanah Papua, termasuk di Wamena dan menekankan pemerintah tidak hanya akan membangun kembali gedung dan fasilitas publik yang rusak, tapi berupaya mengembalikan kepercayaan masyarakat di Wamena.
Baca juga: SMN asal Sulsel tampilkan Tarian Padupa di Jayapura
“Keseragaman kita sebagai Bangsa Indonesia justru adanya keberagaman," kata Ananda Sukarlan di Tangerang, Kamis malam, sebelum memulai konser.
Ananda menambahkan konser ini sebagai wujud syukur terhadap kondisi Papua yang aman dan damai pascakerusuhan beberapa waktu lalu.
Dia menyebutkan, Rapsodia Nusantara merupakan karya yang berdasar pada sejumlah lagu tradisional dibuat untuk merayakan keberagaman Indonesia.
Baca juga: Tarian Papua spektakuler ramaikan pembukaan FLS2N 2019
Namun dari 13 lagu nusantara yang dibawakan Ananda memperkenalkan secara khusus “Rapsodia Nusantara 24” untuk memperingati tokoh perdamaian Papua, Pater Neles Tebay, yang wafat pada April 2019.
Sedangkan karya tersebut menggubah melodi rakyat “Domidow” asal Dogiyai, Papua, tempat kelahiran Pater Neles Tebay.
Menurut dia, awalnya tidak pernah dengar tentang Dogiyai, kemudian melakukan riset dan ada yang mengabarkan notasi melodi rakyat Domidow, maka akhirnya menjadi Rapsodi Nusantara 24.
Bahkan lagu tersebut pertama kali dibawakan pada "Ubud Writers and Readers Festival" di Bali, pekan lalu.
Demikian pula Rapsodia Nusantara 24 adalah nomor terakhir sejumlah lagu berdasarkan melodi Nusantara yang diciptakan Ananda dan setiap nomor Rapsodia fokus ke satu atau beberapa lagu daerah dari sejumlah provinsi di Indonesia.
Pianis kelahiran Jakarta, 10 Juni 1968 itu mengatakan Rapsodia Nusantara telah dimainkan oleh ratusan pianis dari berbagai negara.
Baca juga: Papua Terkini - Tarian Papua warnai kirab budaya "tebokan" di Kudus
Sebelum konser, penonton juga disuguhkan dengan pemutaran film dokumenter tentang Papua yang berjudul “Pelangi di Ufuk Timur” karya Baptista Anton, dan diskusi yang menghadirkan Aileen H Riyadi dari Yayasan Pendidikan Harapan Papua serta tarian oleh mahasiswa UPH.
Para nara sumber pada diskusi itu sepakat kedamaian di Papua harus terus dirawat demi memajukan pendidikan dan kualitas kehidupan saudara sebangsa setanah air kita di Bumi Cenderawasih.
Padahal sebelumnya, semangat untuk terus merawat perdamaian di Papua juga ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memilih daerah Papua sebagai kunjungan perdananya setelah dilantik sebagai Presiden periode 2019 hingga 2024.
Presiden Jokowi secara khusus meluangkan waktunya untuk meninjau sejumlah lokasi terdampak kerusuhan yang pernah terjadi di Wamena pada September 2019.
Jokowi meminta kerusuhan tidak terulang lagi di tanah Papua, termasuk di Wamena dan menekankan pemerintah tidak hanya akan membangun kembali gedung dan fasilitas publik yang rusak, tapi berupaya mengembalikan kepercayaan masyarakat di Wamena.
Baca juga: SMN asal Sulsel tampilkan Tarian Padupa di Jayapura
Pewarta: Adityawarman(TGR)
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: