Ketua OJK imbau perbankan manfaatkan pemangkasan bunga The Fed
31 Oktober 2019 15:55 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat acara CEO Networking 2019, di Hotel RitzCarlton, Jakarta, Kamis (31/10/2019). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengimbau perbankan untuk dapat memanfaatkan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang kembali memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate.
Menurut dia, pemangkasan suku bunga The Fed dapat memberikan ruang untuk melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan perekonomian nasional serta akan ditransmisikan kepada penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia sehingga dapat lebih menguntungkan bagi pasar.
“Momentum penurunan ini oleh para pengusaha jangan dilewatkan karena kalau momentumnya terlewatkan nanti opportunity nya menjadi tidak secara optimal,” katanya saat acara CEO Networking 2019, di Hotel RitzCarlton, Jakarta, Kamis.
Wimboh menuturkan jika perbankan dan para pelaku usaha dapat memanfaatkan kebijakan The Fed dengan baik dan tepat maka juga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyerapan tenaga kerja yang lebih maksimal.
Sementara itu, ia menyebutkan perlu adanya strategi lebih dalam menguatkan stabilitas sektor jasa keuangan di tengah perlemahan ekonomi global terutama hingga akhir 2019.
Upaya itu antara lain dengan meningkatkan permodalan, likuiditas, dan Cadangan Kerugian Penilaian Nilai (CKPN), dan membangun kepercayaan pasar.
Wimboh mengatakan regulator juga akan terus mendorong mesin baru penggerak sektor riil untuk mengembangkan sektor hilirisasi seperti pariwisata, industri ekspor dan subsititusi impor.
“Sektor jasa keuangan juga masih memiliki ruang permodalan untuk mendorong perekonomian nasional,” ujarnya.
Ia pun memastikan kondisi stabilitas sektor jasa keuangan hingga pekan keempat Oktober dalam kondisi terjaga di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian global dengan intermediasi sektor jasa keuangan tercatat membukukan perkembangan yang stabil dengan profil risiko yang terkendali.
Data September menunjukkan CAR perbankan sebesar 23,38 persen, Risk Based Capital (RBC) asuransi jiwa 667,47 persen, RBC asuransi umum 321,4 persen dengan gearing ratio perusahaan pembiayaan 2,72 kali. Risiko kredit dan pembiayaan juga terjaga dengan NPL gross 2,66 persen dan NPL nett 1,15 persen. NPF gross 2,66 persen dan NPF nett 0,55 persen.
Wimboh juga menegaskan perlu adanya sinergi yang kuat dalam membangun sektor prioritas pemerintah sebab dinamika perekonomian global pasti berdampak ke Indonesia termasuk sektor jasa keuangan dan sektor riil.
“Sektor jasa keuangan juga masih memiliki ruang permodalan untuk mendorong perekonomian nasional,” ujarnya.
Sebagai informasi, The Fed baru saja memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,50-1,75 persen pada Kamis (30/10). Pemangkasan tersebut menjadi yang ketiga kalinya dilakukan The Fed sepanjang 2019.
Baca juga: OJK : Perbankan aman, masyarakat tak perlu takut menabung
Baca juga: BI proyeksikan kredit perbankan tumbuh maksimal 11 persen pada 2019
Menurut dia, pemangkasan suku bunga The Fed dapat memberikan ruang untuk melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan perekonomian nasional serta akan ditransmisikan kepada penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia sehingga dapat lebih menguntungkan bagi pasar.
“Momentum penurunan ini oleh para pengusaha jangan dilewatkan karena kalau momentumnya terlewatkan nanti opportunity nya menjadi tidak secara optimal,” katanya saat acara CEO Networking 2019, di Hotel RitzCarlton, Jakarta, Kamis.
Wimboh menuturkan jika perbankan dan para pelaku usaha dapat memanfaatkan kebijakan The Fed dengan baik dan tepat maka juga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyerapan tenaga kerja yang lebih maksimal.
Sementara itu, ia menyebutkan perlu adanya strategi lebih dalam menguatkan stabilitas sektor jasa keuangan di tengah perlemahan ekonomi global terutama hingga akhir 2019.
Upaya itu antara lain dengan meningkatkan permodalan, likuiditas, dan Cadangan Kerugian Penilaian Nilai (CKPN), dan membangun kepercayaan pasar.
Wimboh mengatakan regulator juga akan terus mendorong mesin baru penggerak sektor riil untuk mengembangkan sektor hilirisasi seperti pariwisata, industri ekspor dan subsititusi impor.
“Sektor jasa keuangan juga masih memiliki ruang permodalan untuk mendorong perekonomian nasional,” ujarnya.
Ia pun memastikan kondisi stabilitas sektor jasa keuangan hingga pekan keempat Oktober dalam kondisi terjaga di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian global dengan intermediasi sektor jasa keuangan tercatat membukukan perkembangan yang stabil dengan profil risiko yang terkendali.
Data September menunjukkan CAR perbankan sebesar 23,38 persen, Risk Based Capital (RBC) asuransi jiwa 667,47 persen, RBC asuransi umum 321,4 persen dengan gearing ratio perusahaan pembiayaan 2,72 kali. Risiko kredit dan pembiayaan juga terjaga dengan NPL gross 2,66 persen dan NPL nett 1,15 persen. NPF gross 2,66 persen dan NPF nett 0,55 persen.
Wimboh juga menegaskan perlu adanya sinergi yang kuat dalam membangun sektor prioritas pemerintah sebab dinamika perekonomian global pasti berdampak ke Indonesia termasuk sektor jasa keuangan dan sektor riil.
“Sektor jasa keuangan juga masih memiliki ruang permodalan untuk mendorong perekonomian nasional,” ujarnya.
Sebagai informasi, The Fed baru saja memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,50-1,75 persen pada Kamis (30/10). Pemangkasan tersebut menjadi yang ketiga kalinya dilakukan The Fed sepanjang 2019.
Baca juga: OJK : Perbankan aman, masyarakat tak perlu takut menabung
Baca juga: BI proyeksikan kredit perbankan tumbuh maksimal 11 persen pada 2019
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: