COP25 penting karena Chile hendak dorong implementasi Paris Agreement
31 Oktober 2019 13:35 WIB
Ribuan orang melakukan demonstrasi perubahan iklim dengan aktivis remaja perubahan iklim Greta Thunberg di Vancouver, British Columbia, Kanada, Jumat (25/10/2019). REUTERS/Jennifer Gauthier/wsj/cfo
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman menyebut agenda Konferensi Perubahan Iklim PBB (Conference of Parties/COP) ke-25 penting karena Chile selaku tuan rumah akan mendorong implementasi Paris Agreement.
Ruandha saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, mengatakan sebenarnya setiap tahun ada isu penting yang selalu diangkat oleh tuan rumah atau Presidency COP. Ini yang menjadi alasan pertemuan iklim tersebut penting.
Tahun ini, ia mengatakan Chile membawa isu Blue COP yang menautkan laut dengan perubahan iklim.
Chile telah mempresentasikan laporan Ocean for Climate: Ocean-Related Measures in Climate Strategies di Kedutaan Besar mereka di Paris, Prancis, pada 16 Oktober lalu, dan di acara sampingan Our Ocean Conference di Oslo, Norwegia, pada 23 Oktober.
Chile ingin mendorong negara para pihak untuk mendiskusikan bersama bagaimana mengintegrasikan isu laut ke dalam proses Konvensi Kerangka Kerja pada Perubahan Iklim PBB, dan mengembangkan teknik kerja dasar berdasarkan bukti ilmiah.
Baca juga: COP25 batal di Chile, Greta Thunberg terhenti di Amerika Utara
Baca juga: Demonstran perubahan iklim kacaukan konferensi pertambangan Australia
Baca juga: Manusia saat ini hadapi risiko akibat perubahan iklim global
Chile, kata Ruandha, juga ingin mendorong agar implementasi Paris Agreement benar-benar menjadi perhatian setiap negara, mengingat kesepakatan tersebut mulai berjalan di 2020.
Sementara COP26 yang akan digelar di Glasgow, Britania Raya, pada 2020 akan menjadi tingkat kepatuhan negara-negara para pihak, ujar dia.
Sebelumnya Pemerintah Chile telah mengumumkan mundur sebagai tuan rumah dua konferensi besar sekaligus. Presiden Chile Sebastián Piñera pada Rabu waktu setempat mengatakan keputusan tersebut diambil karena pemerintahannya ingin memprioritaskan menstabilkan ketertiban umum.
Konferensi Iklim COP25 telah dijadwalkan berlangsung pada 2 hingga 14 Desember 2019, sedangkan agenda APEC seharusnya berlangsung pada 16-17 November. PBB mengatakan sedang mencari lokasi alternatif untuk dua agenda tersebut.
Tahun ini, menurut Ruandha, Amerika Latin mendapat kesempatan menjadi pelaksana COP25. Karena, bisa jadi UNFCCC akan mencari tuan rumah baru di benua tersebut, seperti Kosta Rika, atau menariknya kembali ke benua Eropa, dan memilih Jenewa, Oslo atau Bonn.*
Baca juga: Walhi: Global serius melihat dampak perubahan iklim terhadap ekonomi
Baca juga: Indonesia dapat posisi Ketua Alternate LCIPP Asia Pasifik UNFCCC
Baca juga: Dalam UNFCCC, Indonesia usung "blue carbon" kurangi emisi karbon
Ruandha saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, mengatakan sebenarnya setiap tahun ada isu penting yang selalu diangkat oleh tuan rumah atau Presidency COP. Ini yang menjadi alasan pertemuan iklim tersebut penting.
Tahun ini, ia mengatakan Chile membawa isu Blue COP yang menautkan laut dengan perubahan iklim.
Chile telah mempresentasikan laporan Ocean for Climate: Ocean-Related Measures in Climate Strategies di Kedutaan Besar mereka di Paris, Prancis, pada 16 Oktober lalu, dan di acara sampingan Our Ocean Conference di Oslo, Norwegia, pada 23 Oktober.
Chile ingin mendorong negara para pihak untuk mendiskusikan bersama bagaimana mengintegrasikan isu laut ke dalam proses Konvensi Kerangka Kerja pada Perubahan Iklim PBB, dan mengembangkan teknik kerja dasar berdasarkan bukti ilmiah.
Baca juga: COP25 batal di Chile, Greta Thunberg terhenti di Amerika Utara
Baca juga: Demonstran perubahan iklim kacaukan konferensi pertambangan Australia
Baca juga: Manusia saat ini hadapi risiko akibat perubahan iklim global
Chile, kata Ruandha, juga ingin mendorong agar implementasi Paris Agreement benar-benar menjadi perhatian setiap negara, mengingat kesepakatan tersebut mulai berjalan di 2020.
Sementara COP26 yang akan digelar di Glasgow, Britania Raya, pada 2020 akan menjadi tingkat kepatuhan negara-negara para pihak, ujar dia.
Sebelumnya Pemerintah Chile telah mengumumkan mundur sebagai tuan rumah dua konferensi besar sekaligus. Presiden Chile Sebastián Piñera pada Rabu waktu setempat mengatakan keputusan tersebut diambil karena pemerintahannya ingin memprioritaskan menstabilkan ketertiban umum.
Konferensi Iklim COP25 telah dijadwalkan berlangsung pada 2 hingga 14 Desember 2019, sedangkan agenda APEC seharusnya berlangsung pada 16-17 November. PBB mengatakan sedang mencari lokasi alternatif untuk dua agenda tersebut.
Tahun ini, menurut Ruandha, Amerika Latin mendapat kesempatan menjadi pelaksana COP25. Karena, bisa jadi UNFCCC akan mencari tuan rumah baru di benua tersebut, seperti Kosta Rika, atau menariknya kembali ke benua Eropa, dan memilih Jenewa, Oslo atau Bonn.*
Baca juga: Walhi: Global serius melihat dampak perubahan iklim terhadap ekonomi
Baca juga: Indonesia dapat posisi Ketua Alternate LCIPP Asia Pasifik UNFCCC
Baca juga: Dalam UNFCCC, Indonesia usung "blue carbon" kurangi emisi karbon
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: