Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan sinyal kebijakan moneter yang akomodatif pada tahun depan namun tetap melihat perkembangan ekonomi global pada 2020 mendatang.

Bank sentral memproyeksikan bahwa ekonomi global pada tahun ini akan mencapai 3 persen dan 3,1 persen pada 2020, dengan asumsi perang dagang tidak semakin memburuk dan kesepakatan AS dan China dapat terealisasi bulan depan.

"Berdasarkan asumsi itu, kami memberikan forward guidance BI masih melihat terbukanya ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif, bisa dalam bentuk suku bunga, penurunan GWM atau relaksasi makroprudensial," ujar Perry dalam acara CEO Networking 2019 di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BI optimistis Indonesia bisa manfaatkan ekonomi digital

Kendati demikian, lanjut Perry, bank sentral tetap terus mengikuti dan mencermati perkembangan data dalam mengambil kebijakan (data dependant), terutama analisa skenario-skenario ekonomi dari Amerika Serikat.

Terkait perang dagang, apabila semakin memburuk maka pertumbuhan ekonomi global tahun depan kemungkinan tidak akan mencapai 3,1 persen seperti proyeksi BI, namun bisa turun ke 2,9 persen hingga 3 persen.

"Data dependant akan terlihat bulan depan. Kami akan sampaikan apa yang akan kami lakukan," kata Perry.

Untuk tahun ini, Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate dari 6 persen menjadi 5 persen. Kebijakan tersebut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi pada tahun depan.

"Kami ingin lihat bagaimana pertumbuhan ekonomi kita mengarah ke 5,3 persen. Dari BI berupaya mengarahkan ke 5,2 persen, Menteri Keuangan dengan fiskal stimulus untuk ke 5,3 persen," ujar Perry.

Baca juga: BI turunkan uang muka kredit properti mulai 2 Desember 2019
Baca juga: Gubernur BI yakinkan investor Jepang untuk investasi di Indonesia