Keluhan itu menjadi sebuah tanda bahwa sanksi AS memiliki dampak yang luas terhadap warga negara republik Islam tersebut.
Meskipun bank-bank Malaysia tampaknya lebih berhati-hati dalam berurusan dengan Iran daripada di tempat lain, beberapa orang Iran dan seorang pejabat kedutaan mengatakan, ada "penutupan massal" di negara Asia Tenggara itu dalam beberapa bulan terakhir.
Bank-bank itu "lebih Katolik daripada Paus", kata dosen universitas Behrang Samadi, yang berada di antara sekitar 10.000 warga Iran yang tinggal di Malaysia dan mengetahui pada Agustus bahwa banknya, CIMB, akan menutup rekeningnya yang berusia 14 tahun.
"Di negara-negara Barat, tidak ada masalah membuka rekening bank," tambahnya. "Mereka hanya sensitif tentang transfer uang, terutama dalam jumlah besar."
Samadi mengatakan dia menarik uangnya segera setelah bank memperingatkan dia tentang penutupan tersebut dalam waktu satu bulan, meskipun dia masih dapat mengakses rekeningnya secara daring pada Minggu (27/10).
Terlepas dari sanksi Washington atas program nuklir Iran yang diberlakukan akhir tahun lalu, Malaysia tetap menjaga hubungan diplomatik yang baik dengan Teheran. Dan pekan lalu, para pemimpin mereka membahas cara-cara untuk lebih memperkuat hubungan.
Tidak jelas apakah penutupan rekening itu terkait dengan pelacakan sebuah tanker bahan bakar minyak Iran di lepas pantai Malaysia tahun ini, suatu perkembangan yang mengganggu Amerika Serikat.
Departemen Luar Negeri AS belum menanggapi permintaan untuk berkomentar. Juru bicara perdana menteri Malaysia tidak menanggapi pertanyaan Reuters.
Banyak orang Iran mengatakan mereka tahu lusinan rekan senegaranya yang telah menerima pemberitahuan dari CIMB dan Bank RHB.
"Kami menyesal memberi tahu (Anda) bahwa kami tidak dapat melanjutkan hubungan perbankan," kata CIMB dalam pemberitahuan serupa yang dilihat oleh Reuters.
Bank-bank tidak menyatakan alasan, tetapi beberapa individu mengatakan pejabat bank mengaitkan langkah itu untuk memerangi kegagalan setelah sanksi.
CIMB dan RHB menolak berkomentar. Bank sentral Malaysia mengarahkan pertanyaan ke asosiasi bank di Malaysia, yang menolak berkomentar.
Masalah-masalah seperti itu tergantung pada selera dan penilaian risiko masing-masing bank, bank sentral mengatakan bulan ini dalam sebuah tanggapan melalui surel terhadap satu keluhan Iran yang dilihat oleh Reuters.
Tetapi pemberitahuan Juli di situs daring bank sentral mengacu pada pernyataan oleh Satuan Tugas Aksi Keuangan, yang mendesak "uji tuntas yang ditingkatkan" terhadap warga Iran oleh anggota pengawas pencucian uang global.
Kedutaan Iran di Kuala Lumpur mengatakan pihaknya berupaya menyelesaikan masalah ini.
"Kami berharap bahwa dengan niat baik dan kerja sama para pejabat Malaysia, negosiasi akan menghasilkan hasil yang positif," katanya kepada Reuters dalam surel pekan lalu, menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan Iran juga telah terpengaruh.
Untuk saat ini, warga Iran di ibu kota Malaysia bertanya-tanya bagaimana cara membayar biaya sekolah atau tagihan rumah sakit.
"Tanpa rekening bank kita perlu menggunakan teknik kuno, menyimpan uang di bawah bantal atau di poci teh," kata salah satu dari mereka. "Tidak adil."
Sumber: Reuters
Baca juga: PBB keluarkan bank Iran dari daftar sanksi
Baca juga: Bank Dunia mengaku belum terima pembayaran utang Iran
Baca juga: Dua bank Iran tertarik investasi di Indonesia