Disnakertrans Kulon Progo kesulitan penuhi kuota transmigrasi
30 Oktober 2019 11:51 WIB
Salah satu KK Sudal dari Kalirejo, Kokap, Kabupaten Kulon Progo, mengikuti transmigrasi di Desa Raimuna, Kecamatan Maligano, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. (Foto ANTARA/Sutarmi)
Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kesulitan memenuhi kuota transmigrasi 2019 karena minat masyarakat bertransmigrasi sangat rendah.
Kepala Bidang Transmigrasi Disnakertrans Kulon Progo Heri Widada di Kulon Progo, Rabu, mengatakan sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, Kulon Progo memperoleh kuota 15 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di empat lokasi meliputi tiga di Sulawesi yakni Mamuju Tengah empat KK, Konawe empat KK dan Muna tiga KK, sedangkan satu lokasi di Siemelue Aceh empat KK.
"Sampai akhir Oktober ini, baru kuota di Mamuju Tengah dan Muna yang sudah ada peminatnya. Muna sudah diberangkatkan, tinggal Mamuju Tengah yang direncanakan November juga segera diberangkatkan," kata Heri.
Baca juga: 70 unit rumah translok bantuan pemerintah di Nagan Raya tidak dihuni
Ia mengakui bahwa sangat sulit untuk memenuhi kuota transmigrasi tahun ini, meski sudah dilakukan sosialisasi di kantong-kantong kemiskinan dan daerah rawan bencana melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), penyebaran brosur, leaflet, spanduk ke seluruh desa di Kulon Progo, sehingga sampai terus dibuka pendaftaran sampai terpenuhi quotanya.
"Kulon Progo ini dapat 15 kuota dan khusus transmigrasi umum terbesar di DIY, namun hingga saat ini belum terpenuhi juga, saya kira kalau seperti ini Kulon Progo sudah tak lagi menjadi gudangnya transmigrasi di DIY, sangat mungkin karena adanya bandara, pengembangan objek wisata dan pembangunan infrastruktur di desa-desa, sehingga enggan transmigrasi,” kata Heri.
Ia mengatakan kebanyakan warga Kulon Progo minatnya ke Sumatera karena transportasi murah dan sudah banyak sanak keluarga di sana, sehingga merasa nyaman sedangkan di Sulawesi sama sekali belum ada keluarga, juga jarak tempuh lama dengan transportasi laut.
"Hal ini akan kami sampaikan ke Disnakertrans DIY dan pemerintah pusat," katanya.
Sementara itu, Kasie Penyediaan Transmigrasi Disnakertrans Kulon Progo Totok Hermawan mengatakan belum terpenuhinya kuota, karena calon transmigran ini setiap tahun selalu ada perubahan pikiran. Ketika mereka mendaftar diri mantap ikut bertransmigrasi, tetapi jelang berangkat terjadi kebimbangan, sehingga tidak jadi berangkat.
Ia mengakui, menjelang akhir tahun ini adalah saat keberangkatan, seperti baru saja ke lokasi Raimuna di Muna Sulawesi, untuk persiapan semuanya di lokasi lain yang sudah mendaftar jauh-jauh hari dipanggil melengkapi syarat-syarat.
"Ternyata ada lima yang tidak datang, alasannya hamil, masalah intern keluarga, dan tanpa sebab mengundurkan diri, karena sifatnya sukarela dinas tidak bias memaksa,” kata Totok.
Baca juga: Disnakertrans berangkatkan tiga KK transmigrasi ke Sulawesi Tenggara
Kepala Bidang Transmigrasi Disnakertrans Kulon Progo Heri Widada di Kulon Progo, Rabu, mengatakan sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, Kulon Progo memperoleh kuota 15 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di empat lokasi meliputi tiga di Sulawesi yakni Mamuju Tengah empat KK, Konawe empat KK dan Muna tiga KK, sedangkan satu lokasi di Siemelue Aceh empat KK.
"Sampai akhir Oktober ini, baru kuota di Mamuju Tengah dan Muna yang sudah ada peminatnya. Muna sudah diberangkatkan, tinggal Mamuju Tengah yang direncanakan November juga segera diberangkatkan," kata Heri.
Baca juga: 70 unit rumah translok bantuan pemerintah di Nagan Raya tidak dihuni
Ia mengakui bahwa sangat sulit untuk memenuhi kuota transmigrasi tahun ini, meski sudah dilakukan sosialisasi di kantong-kantong kemiskinan dan daerah rawan bencana melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), penyebaran brosur, leaflet, spanduk ke seluruh desa di Kulon Progo, sehingga sampai terus dibuka pendaftaran sampai terpenuhi quotanya.
"Kulon Progo ini dapat 15 kuota dan khusus transmigrasi umum terbesar di DIY, namun hingga saat ini belum terpenuhi juga, saya kira kalau seperti ini Kulon Progo sudah tak lagi menjadi gudangnya transmigrasi di DIY, sangat mungkin karena adanya bandara, pengembangan objek wisata dan pembangunan infrastruktur di desa-desa, sehingga enggan transmigrasi,” kata Heri.
Ia mengatakan kebanyakan warga Kulon Progo minatnya ke Sumatera karena transportasi murah dan sudah banyak sanak keluarga di sana, sehingga merasa nyaman sedangkan di Sulawesi sama sekali belum ada keluarga, juga jarak tempuh lama dengan transportasi laut.
"Hal ini akan kami sampaikan ke Disnakertrans DIY dan pemerintah pusat," katanya.
Sementara itu, Kasie Penyediaan Transmigrasi Disnakertrans Kulon Progo Totok Hermawan mengatakan belum terpenuhinya kuota, karena calon transmigran ini setiap tahun selalu ada perubahan pikiran. Ketika mereka mendaftar diri mantap ikut bertransmigrasi, tetapi jelang berangkat terjadi kebimbangan, sehingga tidak jadi berangkat.
Ia mengakui, menjelang akhir tahun ini adalah saat keberangkatan, seperti baru saja ke lokasi Raimuna di Muna Sulawesi, untuk persiapan semuanya di lokasi lain yang sudah mendaftar jauh-jauh hari dipanggil melengkapi syarat-syarat.
"Ternyata ada lima yang tidak datang, alasannya hamil, masalah intern keluarga, dan tanpa sebab mengundurkan diri, karena sifatnya sukarela dinas tidak bias memaksa,” kata Totok.
Baca juga: Disnakertrans berangkatkan tiga KK transmigrasi ke Sulawesi Tenggara
Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: