Putin dan Orban bahas jalur pipa TruksStream
30 Oktober 2019 10:42 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani segmen pertama jalur pipa saat upacara yang menandai dimulainya pembangunan pipa "Kekuatan Siberia" di desa Us Khatyn, Rusia, Senin (1/9). Presiden Vladimir Putin menyaksikan dimulainya pembangunan jalur pipa raksasa yang akan menyalurkan gas Rusia senilai 400 miliar dolar AS ke Tiongkok dalam tiga dekade setelah aliran gas mulai dibuka pada tahun 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Alexei Nik)
Budapest (ANTARA) - Jalur pipa TruksStream yang akan mengalirkan gas ke Eropa Tengah dengan melintasi Ukraina dan isu energi nuklir akan menjadi bahan perbincangan dalam agenda pertemuan antara Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu.
Pemimpin konservatif sayap kanan Orban, yang berkuasa sejak 2010, telah mengejar apa yang disebutnya sebagai hubungan pragmatis yang baik dengan Rusia. Beberapa analis, bagaimanapun, mengatakan hubungan itu agak berat sebelah, dengan dominasi kepentingan Rusia.
Sebuah sumber yang mengetahui agenda kunjungan Putin mengatakan salah satu tujuannya adalah untuk menyetujui pipa TurkStream.
"Putin harus setuju dengan semua negara yang terlibat, sehingga tidak akan ada masalah dengan jalur pipa," kata sumber itu, menolak disebutkan namanya.
Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengatakan kepada Reuters bahwa TurkStream harus dibangun secepat mungkin di Bulgaria karena itu akan membuka rute pengiriman tambahan ke Hongaria, yang bergantung pada pengiriman gas Rusia.
Perjanjian transit gas saat ini antara Moskow dan Kiev berakhir setelah 31 Desember dan Rusia dan Ukraina berada di bawah tekanan yang meningkat untuk menandatangani kesepakatan baru, meskipun ini menghadapi beberapa kendala.
Rusia berencana untuk meluncurkan bagian pertama dari pipa TurkStream, dengan kapasitas tahunan 15,75 miliar meter kubik, pada akhir tahun untuk memasok pelanggan domestik Turki. Bagian kedua, dengan kapasitas yang sama, diharapkan berjalan dari Bulgaria ke Serbia dan Hongaria.
Pembicaraan pada Rabu juga akan mencakup pengiriman gas di masa depan ke Hongaria, yang sudah memiliki penyimpanan gas penuh untuk musim dingin mendatang.
Hongaria memiliki konsumsi gas tahunan sekitar 10 miliar meter kubik dan memiliki hampir 6,5 miliar meter kubik gas yang tersimpan sekarang, Szijjarto mengatakan pada konferensi pers pada Selasa.
"Di sini dan sekarang saya menolak semua kritik Eropa Barat mengenai kerja sama kami dengan Rusia di bidang energi," katanya, seraya menambahkan bahwa Hongaria harus bergantung pada Rusia untuk gasnya karena tidak ada pilihan lain.
Dia juga mengatakan produsen minyak Rusia Lukoil dan Hungaria MOL akan menandatangani kesepakatan penyelesaian atas minyak yang terkontaminasi, yang mengganggu ekspor minyak dari Rusia ke Barat tahun ini.
Pemerintah Orban telah mempromosikan kepentingan Moskow di dalam Uni Eropa, menyerukan diakhirinya sanksi ekonomi yang diberlakukan setelah aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014.
Namun Hongaria tidak pernah memveto sanksi tersebut, dan Szijjarto mengatakan Hongaria tidak akan memveto perpanjangan sanksi jika UE memutuskan pada akhir 2019 untuk memperpanjangnya.
Pada 2014, Budapest juga menandatangani kesepakatan untuk dua reaktor baru di pabrik nuklir Paks dengan Rusia, yang akan dibangun oleh perusahaan energi atom negara Rosatom dan didanai dengan pinjaman 10 miliar euro dari Rusia. Ini akan dimiliki dan dioperasikan oleh negara Hongaria.
Tetapi proyek ini telah terhenti selama bertahun-tahun dan kemungkinan akan dibahas pada hari Rabu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia siap bahas transit gas dengan EU dan Ukraina
Baca juga: Tiga tewas, 79 hilang dalam ledakan gas di Rusia
Pemimpin konservatif sayap kanan Orban, yang berkuasa sejak 2010, telah mengejar apa yang disebutnya sebagai hubungan pragmatis yang baik dengan Rusia. Beberapa analis, bagaimanapun, mengatakan hubungan itu agak berat sebelah, dengan dominasi kepentingan Rusia.
Sebuah sumber yang mengetahui agenda kunjungan Putin mengatakan salah satu tujuannya adalah untuk menyetujui pipa TurkStream.
"Putin harus setuju dengan semua negara yang terlibat, sehingga tidak akan ada masalah dengan jalur pipa," kata sumber itu, menolak disebutkan namanya.
Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto mengatakan kepada Reuters bahwa TurkStream harus dibangun secepat mungkin di Bulgaria karena itu akan membuka rute pengiriman tambahan ke Hongaria, yang bergantung pada pengiriman gas Rusia.
Perjanjian transit gas saat ini antara Moskow dan Kiev berakhir setelah 31 Desember dan Rusia dan Ukraina berada di bawah tekanan yang meningkat untuk menandatangani kesepakatan baru, meskipun ini menghadapi beberapa kendala.
Rusia berencana untuk meluncurkan bagian pertama dari pipa TurkStream, dengan kapasitas tahunan 15,75 miliar meter kubik, pada akhir tahun untuk memasok pelanggan domestik Turki. Bagian kedua, dengan kapasitas yang sama, diharapkan berjalan dari Bulgaria ke Serbia dan Hongaria.
Pembicaraan pada Rabu juga akan mencakup pengiriman gas di masa depan ke Hongaria, yang sudah memiliki penyimpanan gas penuh untuk musim dingin mendatang.
Hongaria memiliki konsumsi gas tahunan sekitar 10 miliar meter kubik dan memiliki hampir 6,5 miliar meter kubik gas yang tersimpan sekarang, Szijjarto mengatakan pada konferensi pers pada Selasa.
"Di sini dan sekarang saya menolak semua kritik Eropa Barat mengenai kerja sama kami dengan Rusia di bidang energi," katanya, seraya menambahkan bahwa Hongaria harus bergantung pada Rusia untuk gasnya karena tidak ada pilihan lain.
Dia juga mengatakan produsen minyak Rusia Lukoil dan Hungaria MOL akan menandatangani kesepakatan penyelesaian atas minyak yang terkontaminasi, yang mengganggu ekspor minyak dari Rusia ke Barat tahun ini.
Pemerintah Orban telah mempromosikan kepentingan Moskow di dalam Uni Eropa, menyerukan diakhirinya sanksi ekonomi yang diberlakukan setelah aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014.
Namun Hongaria tidak pernah memveto sanksi tersebut, dan Szijjarto mengatakan Hongaria tidak akan memveto perpanjangan sanksi jika UE memutuskan pada akhir 2019 untuk memperpanjangnya.
Pada 2014, Budapest juga menandatangani kesepakatan untuk dua reaktor baru di pabrik nuklir Paks dengan Rusia, yang akan dibangun oleh perusahaan energi atom negara Rosatom dan didanai dengan pinjaman 10 miliar euro dari Rusia. Ini akan dimiliki dan dioperasikan oleh negara Hongaria.
Tetapi proyek ini telah terhenti selama bertahun-tahun dan kemungkinan akan dibahas pada hari Rabu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia siap bahas transit gas dengan EU dan Ukraina
Baca juga: Tiga tewas, 79 hilang dalam ledakan gas di Rusia
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019
Tags: