Kolaborasi para komposer gamelan di London
Oleh Zeynita Gibbons
29 Oktober 2019 22:01 WIB
Pentas komposisi gamelan yang diadakan Gamelan Composers’ Forum di School of Oriental and African Studies (SOAS), University of London, UK, Minggu malam (27/10) . (Aris Daryono)
London (ANTARA) - Pentas komposisi gamelan yang diadakan Gamelan Composers' Forum menampilkan empat karya komposer berbagai negara dengan bintang tamu Lucy French (cello) dan Martina Mihulkova (flute) yang diadakan di School of Oriental and African Studies (SOAS), University of London, Inggris, Minggu malam (27/10), dan berlangsung meriah.
Ketua panitia yang juga pendiri Gamelan Composers’ Forum, Dr Aris Daryono, kepada Antara London, Selasa, menyatakan kepuasannya dalam mengorganisasi acara tersebut.
Perasaan kepuasanya ketika banyak orang mendapat manfaat pada pentas tersebut. Diharapkannya akan lebih banyak pihak yang tertarik mendukung mengembangkan acara.
Acara berlangsung meriah ketika penonton mendapat kesempatan berinteraksi dengan pemain dan komposer dalam sesi diskusi oleh Jonás Bisquert yang berinteraksi langsung dengan pemain dan komposer untuk mengetahui latar belakang karya dan proses kolaborasi antara pemain dan komposer.
Seorang komposer dari Inggris yang juga seorang pemain gamelan Jawa dengan spesialis gaya Banyumas selama tiga puluh tahun, Brad Smith, membuka pentas dengan karya "Into the Blue".
Karya yang diciptakan Brad Smith dengan menggunakan Bonang, Slenthem, Saron, Demung, Kendang, vocal dan cello.
Terdengar di dalam karya ini begitu kompleks dan padatnya imbal jalinan ritme antara bonang barung dan bonang panerus yang ditumpangi dengan demung, saron dan cello.
Selain ritme yang dimainkan sangat cepat, karya ini juga mengeksplorasi semua nada yang ada pada laras pelog dan menampilkan harmoni-harmoni yang sangat unik.
Tampilan kedua adalah karya dari José Manuel Serrano, Máscaras, komposer dari Argentina yang datang secara khusus ke London untuk bekerja sama dengan GCF gamelan ensemble. Márcaras mengeksplorasi perpaduan unik antara gamelan dan cello.
Di dalam karyanya José banyak memberikan ruang kepada gamelan untuk menciptakan ambien dari gabungan resonasi antar alat gamelan. Ambien kemudian diselaraskan dengan sonoritas cello dengan menggunakan perpanjangan teknik.
Encounter adalah karya Tamsin Jones, komposer dari Inggris. Karyanya menggunakan gamelan, cello dan flute yand dikemas dalam music tari barat abad 16 seperti missal Allemande, Courante, Gigue dan Sarabande.
Baca juga: Kerajinan gamelan Bantul banyak dipesan pelanggan dari luar Jawa
Baca juga: Disbudpar Gunung Kidul hibahkan seperangkat gamelan kepada 137 desa
Kemasan tersebut menghasilkan komposisi yang lain dari pada yang lain dimana prinsip seleh dan pathet di dalam gamelan tradisi masih terasa kuat.
Namun pada sisi yang lain penggunaan metric tiga sepertempat, enam seperempat dan juga pergantian metric dan tempo yang terjadi terus menerus sangat mencerminkan tarian barat.
Karya terakhir adalah "Kill the West in Me", karya Jonás Bisquert berkebangsaan Spanyol dan tinggal di Belanda sebagai dosen musik. "Kill the West in Me" sebenarnya adalah karya opera yang pernah dipentaskan di beberapa kota di Belanda.
Karya tersebut diaransir kembali oleh Jonás untuk gamelan, cello dan flute untuk ditampilkan di acara ini. Karya ini mengangkat kisah tentang Kartini, pejuang hak hak wanita di Indonesia di awal abad 20.
Pada proses penciptaannya, Jonás bekerja sama dengan penulis wanita Indonesia, Ayu Utami membantunya menciptakan libretto dengan durasi total satu jam. Namun dalam pentas kali ini di SOAS, karyanya hanya dipentaskan pada bagian awal atau overture.
Baca juga: Kolaborasi gamelan dan cello tampil di Intimate Gamelan di London
Baca juga: Gamelan primadona di Warsawa Street Festival
Bukan hanya kesempatan mendengar karya kolaborasi gamelan, namun penonton dapat pengetahuan tentang proses komposisi dan konsep komposisi yang dibeberkan para komposer dan pemain.
Para komposer menyatakan kegembiraannya untuk mendapat kesempatan berekspremen dan bereksplorasi gamelan dan menyatakan antusiasmenya untuk lebih mencari inspirasi di dalam gamelan dengan mendalaminya lebih jauh.
Para pemain, khususnya pemain cello dan flute mengekspresikan antusiasme keingintahuannya bagaimana acara ini memberikan kesempatan kepada mereka membuka wawasan dan repertoar. Mengimitasikan laras slendro dan pelog ke dalam alat musik adalah hal yang baru bagi mereka.
Gamelan Composers’ Forum adalah asosiasi para komposer seluruh dunia yang berminat mengeksplorasi gamelan sebagai media komposisi baru.
Sejak tahun 2013 GCF menyelenggarakan acara internasional tahunan, Concert and Discussion of New Music for Gamelan, banyak menghadirkan komposer dan seniman dari berbagai negara, demikian Aris Daryono.
Baca juga: Gamelan iringi lagu Yunani pada Malam Budaya Indonesia di Athena
Baca juga: Gamelan Sunan Gunungjati ditabuh setelah shalat Idul Fitri
Ketua panitia yang juga pendiri Gamelan Composers’ Forum, Dr Aris Daryono, kepada Antara London, Selasa, menyatakan kepuasannya dalam mengorganisasi acara tersebut.
Perasaan kepuasanya ketika banyak orang mendapat manfaat pada pentas tersebut. Diharapkannya akan lebih banyak pihak yang tertarik mendukung mengembangkan acara.
Acara berlangsung meriah ketika penonton mendapat kesempatan berinteraksi dengan pemain dan komposer dalam sesi diskusi oleh Jonás Bisquert yang berinteraksi langsung dengan pemain dan komposer untuk mengetahui latar belakang karya dan proses kolaborasi antara pemain dan komposer.
Seorang komposer dari Inggris yang juga seorang pemain gamelan Jawa dengan spesialis gaya Banyumas selama tiga puluh tahun, Brad Smith, membuka pentas dengan karya "Into the Blue".
Karya yang diciptakan Brad Smith dengan menggunakan Bonang, Slenthem, Saron, Demung, Kendang, vocal dan cello.
Terdengar di dalam karya ini begitu kompleks dan padatnya imbal jalinan ritme antara bonang barung dan bonang panerus yang ditumpangi dengan demung, saron dan cello.
Selain ritme yang dimainkan sangat cepat, karya ini juga mengeksplorasi semua nada yang ada pada laras pelog dan menampilkan harmoni-harmoni yang sangat unik.
Tampilan kedua adalah karya dari José Manuel Serrano, Máscaras, komposer dari Argentina yang datang secara khusus ke London untuk bekerja sama dengan GCF gamelan ensemble. Márcaras mengeksplorasi perpaduan unik antara gamelan dan cello.
Di dalam karyanya José banyak memberikan ruang kepada gamelan untuk menciptakan ambien dari gabungan resonasi antar alat gamelan. Ambien kemudian diselaraskan dengan sonoritas cello dengan menggunakan perpanjangan teknik.
Encounter adalah karya Tamsin Jones, komposer dari Inggris. Karyanya menggunakan gamelan, cello dan flute yand dikemas dalam music tari barat abad 16 seperti missal Allemande, Courante, Gigue dan Sarabande.
Baca juga: Kerajinan gamelan Bantul banyak dipesan pelanggan dari luar Jawa
Baca juga: Disbudpar Gunung Kidul hibahkan seperangkat gamelan kepada 137 desa
Kemasan tersebut menghasilkan komposisi yang lain dari pada yang lain dimana prinsip seleh dan pathet di dalam gamelan tradisi masih terasa kuat.
Namun pada sisi yang lain penggunaan metric tiga sepertempat, enam seperempat dan juga pergantian metric dan tempo yang terjadi terus menerus sangat mencerminkan tarian barat.
Karya terakhir adalah "Kill the West in Me", karya Jonás Bisquert berkebangsaan Spanyol dan tinggal di Belanda sebagai dosen musik. "Kill the West in Me" sebenarnya adalah karya opera yang pernah dipentaskan di beberapa kota di Belanda.
Karya tersebut diaransir kembali oleh Jonás untuk gamelan, cello dan flute untuk ditampilkan di acara ini. Karya ini mengangkat kisah tentang Kartini, pejuang hak hak wanita di Indonesia di awal abad 20.
Pada proses penciptaannya, Jonás bekerja sama dengan penulis wanita Indonesia, Ayu Utami membantunya menciptakan libretto dengan durasi total satu jam. Namun dalam pentas kali ini di SOAS, karyanya hanya dipentaskan pada bagian awal atau overture.
Baca juga: Kolaborasi gamelan dan cello tampil di Intimate Gamelan di London
Baca juga: Gamelan primadona di Warsawa Street Festival
Bukan hanya kesempatan mendengar karya kolaborasi gamelan, namun penonton dapat pengetahuan tentang proses komposisi dan konsep komposisi yang dibeberkan para komposer dan pemain.
Para komposer menyatakan kegembiraannya untuk mendapat kesempatan berekspremen dan bereksplorasi gamelan dan menyatakan antusiasmenya untuk lebih mencari inspirasi di dalam gamelan dengan mendalaminya lebih jauh.
Para pemain, khususnya pemain cello dan flute mengekspresikan antusiasme keingintahuannya bagaimana acara ini memberikan kesempatan kepada mereka membuka wawasan dan repertoar. Mengimitasikan laras slendro dan pelog ke dalam alat musik adalah hal yang baru bagi mereka.
Gamelan Composers’ Forum adalah asosiasi para komposer seluruh dunia yang berminat mengeksplorasi gamelan sebagai media komposisi baru.
Sejak tahun 2013 GCF menyelenggarakan acara internasional tahunan, Concert and Discussion of New Music for Gamelan, banyak menghadirkan komposer dan seniman dari berbagai negara, demikian Aris Daryono.
Baca juga: Gamelan iringi lagu Yunani pada Malam Budaya Indonesia di Athena
Baca juga: Gamelan Sunan Gunungjati ditabuh setelah shalat Idul Fitri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019
Tags: