Pangkalpinang (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyatakan habitat buaya di Babel semakin sempit, karena penambangan, perkebunan dan pemukiman masyarakat di daerah itu.
"Aktivitas masyarakat ini semakin mendesak habitat buaya, sehingga menimbulkan konflik antara manusia dengan binatang itu," kata Kepala Resort BKSDA Provinsi Kepulauan Babel, Yusmono di Pangkalpinang, Selasa malam.
Ia mengatakan kemunculan buaya di pantai, bekas tambang dan masuk ke pemukiman masyarakat harus dilihat secara luas.
"Buaya menyerang manusia, karena mereka mencari makan di habitat yang sempit," ujarnya.
Baca juga: Pengusikan habitat picu serangan buaya di Sungai Batang Anggang
Baca juga: BBKSDA Riau evakuasi buaya tersesat di Kampung Merempan Hilir
Menurut dia buaya aktif mencari makan pada sore dan malam hari. Pada siang hari, biasanya buaya berjemur dan berdiam diri.
"Pada buaya aktif mencari makan, manusia masih banyak beraktivitas mandi di kolong, mencari ikan di pantai, sungai di sore dan malam hari," katanya.
Ia menambahkan konflik ini terjadi di saat buaya sedang agresif, ditambah lagi terjadi penyempitan habitat buaya karena aktivitas manusia.
"Ikan di sungai dan pantai yang menjadi makanan buaya ini juga semakin berkurang, sehingga ini menjadi salah satu pemicu konflik antara buaya dengan manusia," katanya.
Baca juga: Buaya tewaskan warga Bangka akhirnya tertangkap
Baca juga: Buaya mentaya mengganas karena lingkungan rusak
Baca juga: Sungai Batang Surantih habitat buaya di Sumatera Barat
BKSDA: Habitat buaya di Babel semakin sempit
29 Oktober 2019 20:24 WIB
Penampakan buaya muara di tepi Pantai Bangka Belitung. ANTARA/Aprionis
Pewarta: Aprionis
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: