Pantauan di lokasi, Selasa siang, sejumlah pengusaha pertokoan tampak memanfaatkan trotoar sebagai area parkir bagi kendaraan konsumen.
Meski fisik trotoar selebar 3,5 meter dengan ketebalan coran berkisar 60 centimeter, namun pengendara mobil maupun motor dengan leluasa bisa memarkirkan kendaraannya.
Sebab pengusaha memasang ganjalan besi maupun kayu di antara badan jalan dan trotoar untuk memudahkan roda ban kendaraan bermotor melintas.
"Lagian saya tidak punya tempat parkir, toko segini-gini aja gak punya lahan lagi," kata Dabri (47) pegawai Cahaya Warna Sablon.
Proyek garapan Dinas Bina Marga DKI Jakarta senilai Rp23 miliar ini juga tampak dipalang menggunakan batang kayu sepanjang 3 meter oleh oknum pedagang warung dekat gang Perumahan Taman Indah.
"Kita tutup dari seminggu kemarin. Soalnya motor suka pada lewat seenaknya. Banyak anak-anak juga yang takut ketabrak," kata Pendi (29) pedagang warung kopi.
Berjarak sekitar 100 meter dari warung Pendi, pejalan kaki dihadang oleh delapan drum tiner di atas trotoar yang beralih fungsi sebagai display toko cat.
Baca juga: Pelebaran trotoar dinilai sebagai solusi atasi kemacetan di DKI
Baca juga: Bina Marga DKI tunjuk Jakpro bangun utilitas bawah tanah
Baca juga: Pemprov DKI siapkan aturan parkir di kawasan Cikini
Dari total panjang lintasan trotoar sekitar 3,6 kilometer di Otista, hampir separuhnya telah rampung dikerjakan dengan target penyelesaian keseluruhan di akhir tahun.