Masyarakat daerah 3T di Ende akhirnya nikmati jaringan telekomunikasi
28 Oktober 2019 13:33 WIB
Dua pelajar sedang mengakses jaringan XL Axiata di dekat BTS USO yang baru diresmikan di desa Aewora, Kabupaten Ende, Senin (28/10).
Ende (ANTARA) - Masyarakat di Desa Aewora, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan salah satu daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di Indonesia akhirnya bisa menikmati jaringan telekomunikasi melalui XL Axiata setelah 60 tahun tanpa jaringan telekomunikasi.
"Umur saya sudah 60 tahun sekarang, selama saya hidup di desa ini baru kali ini kami punya jaringan telekomunikasi , ini berkat pemerintah dan XL yang bersedia membuka jaringan di sini, " kata Ernesta, seorang warga di Desa Aewora, Kabupaten Ende, Senin
Desa Aewora adalah salah satu desa di Kabupaten Ende yang masuk daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T). Jarak tempuh dari Kabupaten Ende ke desa tersebut kurang lebih mencapai tiga jam, sementara dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, dua jam.
Ernesta mengaku bahwa sebelum masuk BTS USO yang menggunakan provider XL Axiata, pernah ada provider lain yang melakukan survei di daerah itu beberapa tahun lalu, namun hasilnya nihil.
Baca juga: Kominfo - XL Axiata resmikan jaringan BTS di daerah tertinggal
Masyarakat di desa tersebut terpaksa hanya bisa mengakses jaringan telekomunikasi dengan memanjat pohon di lokasi yang tinggi agar bisa menghubungi saudara atau anak mereka yang sekolah di Kota Ende.
"Kemudian ada juga warga yang terpaksa berjalan tiga sampai 10 kilometer untuk bisa mengakses jaringan telekomunikasi agar bisa mengakses jaringan internet," tambah dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ferdinandus Lau, seorang guru yang mengajar di SMP Negeri Aewora. Menurut dia kesulitan yang dihadapi dirinya dan rekan-rekan guru di desa tersebut hanyalah masalah telekomunikasi.
Ia mengaku bahwa terkadang jika ada undangan rapat di Kota Ende, informasi berupa undangan baru tiba di desa itu satu atau dua hari setelah pelaksanaan kegiatan yang informasinya diperoleh dari orang yang membawa pesan.
"Mau SMS tidak bisa, mau internetan seperti WA juga tidak bisa, jadi ya sudah pasrah saja. Tetapi saat ini sudah lancar. Walaupun baru beroperasi satu minggu namun hubungan komunikasi dengan keluarga di daerah lain juga sudah bisa, " tambah dia.
Baca juga: Kemendes PDTT penuhi akses internet di daerah 3T
Namun kata dia, radius jangkauan sinyal baik untuk 2G dan 4G tak sampai ke sebagian warga yang tinggal di sebelah bukit desa itu.
"Jangkauannya hanya di sebagian desa ini saja, sementara masyarakat Desa Aewora yang tinggal di sebelah bukit tidak dapat, " tutur dia.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Teknologi PT. XL Axiata Yessie D. Yosetya dalam sambutannya mengatakan bahwa untuk Desa Aewora kemungkinan masih ada optimasi yang bisa dilakukan ke depan.
"Saya tadi sudah dapat masukan untuk daerah Aewora ini saja kami bisa optimasi ke depan. Kami mungkin bisa menjangkau daerah sekolah kemudian kantor desa yang masih sulit dapat jaringan XL, " tambah dia.
"Umur saya sudah 60 tahun sekarang, selama saya hidup di desa ini baru kali ini kami punya jaringan telekomunikasi , ini berkat pemerintah dan XL yang bersedia membuka jaringan di sini, " kata Ernesta, seorang warga di Desa Aewora, Kabupaten Ende, Senin
Desa Aewora adalah salah satu desa di Kabupaten Ende yang masuk daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T). Jarak tempuh dari Kabupaten Ende ke desa tersebut kurang lebih mencapai tiga jam, sementara dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, dua jam.
Ernesta mengaku bahwa sebelum masuk BTS USO yang menggunakan provider XL Axiata, pernah ada provider lain yang melakukan survei di daerah itu beberapa tahun lalu, namun hasilnya nihil.
Baca juga: Kominfo - XL Axiata resmikan jaringan BTS di daerah tertinggal
Masyarakat di desa tersebut terpaksa hanya bisa mengakses jaringan telekomunikasi dengan memanjat pohon di lokasi yang tinggi agar bisa menghubungi saudara atau anak mereka yang sekolah di Kota Ende.
"Kemudian ada juga warga yang terpaksa berjalan tiga sampai 10 kilometer untuk bisa mengakses jaringan telekomunikasi agar bisa mengakses jaringan internet," tambah dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ferdinandus Lau, seorang guru yang mengajar di SMP Negeri Aewora. Menurut dia kesulitan yang dihadapi dirinya dan rekan-rekan guru di desa tersebut hanyalah masalah telekomunikasi.
Ia mengaku bahwa terkadang jika ada undangan rapat di Kota Ende, informasi berupa undangan baru tiba di desa itu satu atau dua hari setelah pelaksanaan kegiatan yang informasinya diperoleh dari orang yang membawa pesan.
"Mau SMS tidak bisa, mau internetan seperti WA juga tidak bisa, jadi ya sudah pasrah saja. Tetapi saat ini sudah lancar. Walaupun baru beroperasi satu minggu namun hubungan komunikasi dengan keluarga di daerah lain juga sudah bisa, " tambah dia.
Baca juga: Kemendes PDTT penuhi akses internet di daerah 3T
Namun kata dia, radius jangkauan sinyal baik untuk 2G dan 4G tak sampai ke sebagian warga yang tinggal di sebelah bukit desa itu.
"Jangkauannya hanya di sebagian desa ini saja, sementara masyarakat Desa Aewora yang tinggal di sebelah bukit tidak dapat, " tutur dia.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Teknologi PT. XL Axiata Yessie D. Yosetya dalam sambutannya mengatakan bahwa untuk Desa Aewora kemungkinan masih ada optimasi yang bisa dilakukan ke depan.
"Saya tadi sudah dapat masukan untuk daerah Aewora ini saja kami bisa optimasi ke depan. Kami mungkin bisa menjangkau daerah sekolah kemudian kantor desa yang masih sulit dapat jaringan XL, " tambah dia.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: