Ratusan pengungsi di Mamboro Induk Palu kesulitan air
25 Oktober 2019 16:10 WIB
ACT Sulteng menyalurkan air bersih di kompleks hunian sementara di Kelurahan Mamboro Induk, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu Jumat (25/10/2019). (ANTARA/HO-Humas ACT Sulteng
Palu (ANTARA) - Ratusan pengungsi yang tinggal di kompleks Hunian Sementara (Huntara) di Kelurahan Mamboro Induk, Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengeluh kesulitan mendapatkan air bersih selama tiga bulan terakhir.
Pasokan air terhenti karena mesin pompa air yang terpasang di kawasan huntara tersebut rusak dan tidak bisa lagi menyedot air bersih dari sumur.
“Sudah tiga bulan kami kesulitan mendapatkan air bersih. Sementara kami hanya menumpang dari air di Kantor Kecamatan Palu Utara yang jaraknya dari huntara kami kurang lebih 200 meter,” kata Lia (49), seorang pengungsi kepada tim Lembaga Kemanusiaan Global Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulteng, Jumat pagi.
Baca juga: Ratusan KK korban gempa masih tinggal di tenda darurat
Baca juga: Warga Palu minta pemerintah sediakan air di lokasi pengungsian
Lia juga mengaku pasokan air bersih dari Kantor Kecamatan Palu Utara itu sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan 75 Kepala Keluarga (KK) yang menghuni huntara tersebut.
“Kalau air tidak cukup biasanya kami mencuci pakaian di rumah kami sebelumnya yang rusak dihantam tsunami yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari huntara ini,” tambahnya.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih pengungsi di hunian sementara itu, Lembaga Kemanusiaan Global ACT seketika itu juga langsung bergegas mendistribusikan enam ribu liter air bersih untuk para pengungsi.
Setiba di lokasi distribusi, sejumlah ibu rumah tangga yang membawa ember mulai mengantri. Tak hanya itu sejumlah relawan ACT yang melakukan pendistribusian juga mengisi tandon air yang berkapasitas ribuan liter di kawasan huntara itu.
Pengungsi lainnya, Sumarni sangat bersyukur dan mengapresiasi upaya ACT untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka di sana.
“Alhamdulillah bantuan air bersih dari ACT ini dapat meringankan beban kami khususnya kebutuhan air bersih kami setiap harinya,”katanya.
Baca juga: Hunian korban bencana Palu akan dilengkapi sarana pendukung
Baca juga: JK imbau pengungsi Palu segera pindah ke huntara
Sementara itu Kepala Cabang ACT Cabang Sulawesi Tengah Nurmarjani Loulembah mengemukakan pendistribusian air bersih kembali dilakukan di kawan huntara itu dan kepada pengungsi di sejumlah huntara di Kabupaten Sigi dan Donggaal sejak seminggu terakhir.
“Setahun pascabencana salah satu problem yang hingga kini masih dialami oleh para penyintas adalah air bersih. Kami berharap dari bantuan air bersih ini dapat meringankan beban masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran warga untuk peduli terhadap sesama khususnya warga yang terdampak bencana alam 28 September 2018 lalu ,”ucapnya.
Pendistribusian air bersih itu, sambungnya, tidak hanya dilakukan di huntara namun juga di wilayah-wilayah yang dilanda kekeringan seperti di Desa Soulowe dan Maranata Kabupaten Sigi.
Baca juga: JMK-Oxfamproduksi 29,6 juta liter air untuk pengungsi bencana Sulteng
Baca juga: Huntara PUPR di Mamboro tetap dihuni pengungsi meski disegel
Pasokan air terhenti karena mesin pompa air yang terpasang di kawasan huntara tersebut rusak dan tidak bisa lagi menyedot air bersih dari sumur.
“Sudah tiga bulan kami kesulitan mendapatkan air bersih. Sementara kami hanya menumpang dari air di Kantor Kecamatan Palu Utara yang jaraknya dari huntara kami kurang lebih 200 meter,” kata Lia (49), seorang pengungsi kepada tim Lembaga Kemanusiaan Global Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulteng, Jumat pagi.
Baca juga: Ratusan KK korban gempa masih tinggal di tenda darurat
Baca juga: Warga Palu minta pemerintah sediakan air di lokasi pengungsian
Lia juga mengaku pasokan air bersih dari Kantor Kecamatan Palu Utara itu sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan 75 Kepala Keluarga (KK) yang menghuni huntara tersebut.
“Kalau air tidak cukup biasanya kami mencuci pakaian di rumah kami sebelumnya yang rusak dihantam tsunami yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari huntara ini,” tambahnya.
Untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih pengungsi di hunian sementara itu, Lembaga Kemanusiaan Global ACT seketika itu juga langsung bergegas mendistribusikan enam ribu liter air bersih untuk para pengungsi.
Setiba di lokasi distribusi, sejumlah ibu rumah tangga yang membawa ember mulai mengantri. Tak hanya itu sejumlah relawan ACT yang melakukan pendistribusian juga mengisi tandon air yang berkapasitas ribuan liter di kawasan huntara itu.
Pengungsi lainnya, Sumarni sangat bersyukur dan mengapresiasi upaya ACT untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka di sana.
“Alhamdulillah bantuan air bersih dari ACT ini dapat meringankan beban kami khususnya kebutuhan air bersih kami setiap harinya,”katanya.
Baca juga: Hunian korban bencana Palu akan dilengkapi sarana pendukung
Baca juga: JK imbau pengungsi Palu segera pindah ke huntara
Sementara itu Kepala Cabang ACT Cabang Sulawesi Tengah Nurmarjani Loulembah mengemukakan pendistribusian air bersih kembali dilakukan di kawan huntara itu dan kepada pengungsi di sejumlah huntara di Kabupaten Sigi dan Donggaal sejak seminggu terakhir.
“Setahun pascabencana salah satu problem yang hingga kini masih dialami oleh para penyintas adalah air bersih. Kami berharap dari bantuan air bersih ini dapat meringankan beban masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran warga untuk peduli terhadap sesama khususnya warga yang terdampak bencana alam 28 September 2018 lalu ,”ucapnya.
Pendistribusian air bersih itu, sambungnya, tidak hanya dilakukan di huntara namun juga di wilayah-wilayah yang dilanda kekeringan seperti di Desa Soulowe dan Maranata Kabupaten Sigi.
Baca juga: JMK-Oxfamproduksi 29,6 juta liter air untuk pengungsi bencana Sulteng
Baca juga: Huntara PUPR di Mamboro tetap dihuni pengungsi meski disegel
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: