Pegadungan wilayah dengan kualitas udara terburuk di Jakarta
24 Oktober 2019 07:05 WIB
Arsip-Sejumlah warga yang tergabung dalam gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta (Ibu Kota) resmi menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (4/7/2019). ANTARA/Abdu Faisal/am.
Jakarta (ANTARA) - Daerah Pegadungan, Jakarta Barat memiliki kualitas udara terburuk di wilayah DKI Jakarta dengan status tidak sehat, Kamis pagi.
Buruknya kualitas udara Pegadungan tercatat di laman AirVisual.com dengan indeks AQI (Indeks Kualitas Udara) sebesar 160 atau setara dengan PM 2.5 yaitu 72.8 µg/m³.
Pada posisi kedua, kualitas udara yang buruk di Jakarta berada di Jakarta Pusat atau secara terperinci di Kedutaan Besar Amerika Serikat yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, dengan AQI 156, setara dengan 66 µg/m³.
Baca juga: Udara Pegadungan paling tidak sehat se-Jakarta
Pada posisi ketiga wilayah Mangga Besar, Jakarta Barat memiliki kualitas udara yang juga buruk berdasarkan AQI dengan indeks 155.
Secara berturut-turut di posisi keempat dan kelima diisi oleh wilayah KLHK Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat dan Kedutaan Besar AS di Jakarta Selatan dengan nilai AQI masing- masing sebesar 153 dan 152. Setara dengan PM2.5 sebesar 60 µg/m³ dan 58 µg/m³.
Secara keseluruhan, kualitas udara Jakarta pada pagi hari ini mencapai nilai AQI 155 atau setara PM 2.5 sebesar 63.9 µg/m³.
Laman AirVisual.com menyarankan agar warga Jakarta yang akan beraktivitas di luar ruangan untuk menggunakan masker dan tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi.
Penggunaan transportasi publik lebih disarankan, karena dapat mengurangi emisi gas karbon di wilayah DKI Jakarta.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta masih 12 besar terpolusi di dunia
Buruknya kualitas udara Jakarta sudah dirasakan dalam beberapa bulan terakhir, dan emisi gas karbon menjadi salah satu penyebab kualitas udara Jakarta berstatus tidak sehat.
Sebuah aliansi masyarakat bernama Ibu Kota Menggugat turut mengajukan tuntutan atas buruknya kualitas udara Jakarta ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ibu Kota Menggugat menuntut tujuh pemangku jabatan penting di Indonesia termasuk Presiden Republik Indonesia dan Gubernur DKI Jakarta.
Baca juga: Mengapa polusi sebabkan rambut rontok? Begini penjelasannya
Buruknya kualitas udara Pegadungan tercatat di laman AirVisual.com dengan indeks AQI (Indeks Kualitas Udara) sebesar 160 atau setara dengan PM 2.5 yaitu 72.8 µg/m³.
Pada posisi kedua, kualitas udara yang buruk di Jakarta berada di Jakarta Pusat atau secara terperinci di Kedutaan Besar Amerika Serikat yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, dengan AQI 156, setara dengan 66 µg/m³.
Baca juga: Udara Pegadungan paling tidak sehat se-Jakarta
Pada posisi ketiga wilayah Mangga Besar, Jakarta Barat memiliki kualitas udara yang juga buruk berdasarkan AQI dengan indeks 155.
Secara berturut-turut di posisi keempat dan kelima diisi oleh wilayah KLHK Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat dan Kedutaan Besar AS di Jakarta Selatan dengan nilai AQI masing- masing sebesar 153 dan 152. Setara dengan PM2.5 sebesar 60 µg/m³ dan 58 µg/m³.
Secara keseluruhan, kualitas udara Jakarta pada pagi hari ini mencapai nilai AQI 155 atau setara PM 2.5 sebesar 63.9 µg/m³.
Laman AirVisual.com menyarankan agar warga Jakarta yang akan beraktivitas di luar ruangan untuk menggunakan masker dan tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi.
Penggunaan transportasi publik lebih disarankan, karena dapat mengurangi emisi gas karbon di wilayah DKI Jakarta.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta masih 12 besar terpolusi di dunia
Buruknya kualitas udara Jakarta sudah dirasakan dalam beberapa bulan terakhir, dan emisi gas karbon menjadi salah satu penyebab kualitas udara Jakarta berstatus tidak sehat.
Sebuah aliansi masyarakat bernama Ibu Kota Menggugat turut mengajukan tuntutan atas buruknya kualitas udara Jakarta ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ibu Kota Menggugat menuntut tujuh pemangku jabatan penting di Indonesia termasuk Presiden Republik Indonesia dan Gubernur DKI Jakarta.
Baca juga: Mengapa polusi sebabkan rambut rontok? Begini penjelasannya
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: