Surabaya (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam, menilai kabinet yang dibentuk Presiden Joko Widodo tidak lagi mementingkan kekuatan simbolik lagi, melainkan kerja-kerja cepat agresif berdasar potensi kapasitas dan kapabilitas dari masing-masing menterinya.

"Saya berharap tetap akan ada wakil-wakil menteri untuk mengakomodasi kekuatan simbolik dan transisi kepemimpinan antargenerasi tadi yang juga sudah menjadi kebutuhan bangsa ke depan," kata Surokim yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya UTM di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, kabinet pilihan Jokowi kali ini mengejutkan, sedikit mengagetkan dan di luar prediksi. Hal ini, lanjut dia, kian menunjukkan Jokowi bisa juga menggunakan sikap politik zig-zag serta di luar pakem yang ada.

"Pilihan pak Jokowi kali ini benar-benar ingin akseleratif out of box. Bahkan rekruitmen jatah parpol juga mengagetkan. Banyak nama yang mengejutkan, diluar prediksi dan keluar pakem dari yang selama ini berlaku," katanya.

Juga baca: Kabinet Indonesia Maju teruskan program pembangunan

Juga baca: Alasan Presiden beri nama Kabinet Indonesia Maju

Selain itu, lanjut dia, jatah profesional juga menurutnya masih kurang besar selain keterwakilan perempuan dan representasi Indonesia timur. Tentunya, lanjut dia, ini benar-benar pertarungan yang sungguh unik kompromi yang bisa dilakukan Jokowi dengan kekuatan parpol.

"Ya kita harus memberi kesempatan kepada pilihan Jokowi, anggota kabinet baru untuk membuktikan diri dan semoga betul-betul sesuai dengan namanya Indonesia Maju," katanya.

Peneliti Surabaya Survey Center ini menilai kali ini Jokowi juga lebih mementingkan hasil dan lebih percaya kepada tokoh-tokoh bertipikal pekerja keras dan mengembalikan lagi kedaulatan ke-Indonesiaan.

Terkait masuknya Prabowo Subianto masuk kabinet, Surokim mengatakan hal itu benar-benar di luar pakem dan harus diakui tetap ada riak-riak yang laten di partai koalisi. Namun, lanjut dia, Jokowi bisa keluar pakem dan yakin atas pilihannya sebagai bagian membangun keseimbangan baru di parlemen.

"Saya pikir itu benar-benar zig-zag tapi strategis juga untuk mengembalikan kuasa simbolik presiden dihadapan partai koalisi. Saya pikir itu tidak mudah bagi Jokowi memasukkan Prabowo. Saya menduga beliau sedang membangun keseimbangan-keseimbangan baru di lingkar kekuasaannya," katanya.

Selain itu, lanjut dia, peran Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, dalam memasukkan Prabowo ke kebinet Indonesia Maju juga sentral kali ini kepada Jokowi.