Kemendikbud : GKFP 2019 tunjukkan semangat kebhinekaan yang tinggi
22 Oktober 2019 17:58 WIB
Konferensi pers mengenal Gelar Karya Film Pelajar (GKFP) 2019 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Konferensi pers dihadiri Kapusbangfilm Kemendikbud Maman Wijaya (baju batik) dan Direktur GKFP 2019 Reza Rahadian (kanan) di Jakarta, Selasa. (indriani)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Dr Maman Wijaya mengatakan Gelar Karya Film Pelajar (GKFP) 2019 menunjukkan semangat kebhinekaan yang tinggi pada generasi muda.
"Pada film yang mereka buat itu terlihat bagaimana gambaran kehidupan nyata mereka. Kebhinekaannya cukup tinggi," ujar Maman dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan film merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan nilai kebhinekaan, karena dengan film sarana menghargai pendapat orang lain, bersosialisasi, dan berkomunikasi satu dengan lainnya.
Baca juga: Reza Rahadian harap GKFP munculkan talenta baru di industri film
"Film tidak mungkin dibuat oleh satu orang saja, dan dengan film sebetulnya banyak hal yang bisa ditanamkan pada anak."
Kemudian, dengan film pula generasi pula bisa mengaktualisasikan informasi dalam bentuk audio, sehingga pemahamannya pasti lebih baik lagi.
Maman juga menjelaskan dengan membuat film pula, para generasi muda bisa berinteraksi dengan teman-temannya.
"Kami tidak mendorong hanya produk filmnya saja, tetapi mental yang terbangun pada diri siswa saat proses pembuatan film. Itu yang utama," jelas dia lagi.
GKFP merupakan ajang kreativitas tahunan dan pencarian bakat baru di industri film yang diselenggarakan Kemendikbud. Ajang itu diikuti siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Direktur GKFP 2019, Reza Rahadian, mengatakan GKFP akan menjadi ajang pertemuan tidak hanya kompetisi antarsekolah tetapi juga bertemu secara langsung dengan pelaku industri perfilman.
"Bagaimana konsep penyutradaraan, bagaimana konsep penulisan skenario, bagaimana memproduksi sebuah film atau berperan sebagai produser. Itu semua mereka dapatkan melalui lokakarya yang kami selenggarakan," terang Reza.
Reza berharap pelaksanaan GKFP bisa menjadi ajang pencarian bakat generasi muda yang mempunyai talenta di bidang perfilman.
Baca juga: Kemendikbud cari sineas potensial lewat Gelar Karya Film Pelajar
"Pada film yang mereka buat itu terlihat bagaimana gambaran kehidupan nyata mereka. Kebhinekaannya cukup tinggi," ujar Maman dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan film merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan nilai kebhinekaan, karena dengan film sarana menghargai pendapat orang lain, bersosialisasi, dan berkomunikasi satu dengan lainnya.
Baca juga: Reza Rahadian harap GKFP munculkan talenta baru di industri film
"Film tidak mungkin dibuat oleh satu orang saja, dan dengan film sebetulnya banyak hal yang bisa ditanamkan pada anak."
Kemudian, dengan film pula generasi pula bisa mengaktualisasikan informasi dalam bentuk audio, sehingga pemahamannya pasti lebih baik lagi.
Maman juga menjelaskan dengan membuat film pula, para generasi muda bisa berinteraksi dengan teman-temannya.
"Kami tidak mendorong hanya produk filmnya saja, tetapi mental yang terbangun pada diri siswa saat proses pembuatan film. Itu yang utama," jelas dia lagi.
GKFP merupakan ajang kreativitas tahunan dan pencarian bakat baru di industri film yang diselenggarakan Kemendikbud. Ajang itu diikuti siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Direktur GKFP 2019, Reza Rahadian, mengatakan GKFP akan menjadi ajang pertemuan tidak hanya kompetisi antarsekolah tetapi juga bertemu secara langsung dengan pelaku industri perfilman.
"Bagaimana konsep penyutradaraan, bagaimana konsep penulisan skenario, bagaimana memproduksi sebuah film atau berperan sebagai produser. Itu semua mereka dapatkan melalui lokakarya yang kami selenggarakan," terang Reza.
Reza berharap pelaksanaan GKFP bisa menjadi ajang pencarian bakat generasi muda yang mempunyai talenta di bidang perfilman.
Baca juga: Kemendikbud cari sineas potensial lewat Gelar Karya Film Pelajar
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: