Tidak seperti upacara pada umumnya, Gubernur Ganjar Pranowo tiba-tiba memanggil Gus Yasin untuk naik ke mimbar inspektur upacara peringatan Hari Santri Nasional di Alun-Alun Kabupaten Rembang untuk menggantikan dirinya memberi amanat.
Ribuan santri yang hadir pun dibuat terkejut oleh kejadian tak biasa itu.
Sebelum mempersilakan Gus Yasin, Ganjar menyampaikan peran santri dalam pembangunan Republik Indonesia telah dilakukan sejak zaman merebut kemerdekaan hingga saat ini.
Menurut Ganjar, santri telah masuk di seluruh sendi kehidupan berbangsa bahkan mencapai pucuk tertinggi negara ini.
Ia kemudian menyebut Kiai Haji Hasyim Asy'ari, Gus Dur hingga K.H. Ma'ruf Amin yang kini duduk di kursi Wakil Presiden mendampingi Presiden Joko Widodo.
"Dan pesantren adalah hal yang mustahil bagi saya dan Pak Jokowi tinggalkan. Wakil kami sama-sama besar dan tumbuh di pesantren soalnya, sama-sama kiai. Meski pun wakil saya lebih muda," katanya.
Ganjar lantas bertanya kepada ribuan santri yang menjadi peserta upacara, tentang sosok K.H. Ma'ruf Amin dan Gus Yasin.
Baca juga: PBNU: Revolusi Industri 4.0, santri jangan kehilangan jati diri
Setelah semua serempak menjawab bahwa dua tokoh tersebut merupakan bagian dari santri, Ganjar lantas memanggil Gus Yasin dan mempersilakannya memberi amanat.
"'Mriki' (ke sini) Gus. Wakilku ini juga santri, kiai masih muda. Tidak lengkap rasanya (kalau tidak memberi amanat, red.). 'Jenengan' (anda) kan santri," ujarnya.
Menerima instruksi Ganjar itu, Gus Yasin kemudian langsung memegang mikrofon, menyampaikan bahwa sudah semestinya pada santri meningkatkan kemampuan seiring dengan perkembangan zaman.
Gus Yasin juga mengatakan santri mesti berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia, perdamaian Indonesia khususnya.
"Santri harus paham bagaimana memulihkan perekonomian. Juga berperan untuk perdamaian dunia, bukan hanya di nusantara, tapi dunia. Mari kita tunjukkan santri Indonesia 'tetep gondhelan' (bertumpu) pada kiai, pada habaib. Saya yakin ilmu santri yang saat ini dipegang benar-benar sanadnya sampai Nabi Muhammad SAW. Mari kita tunjukkan santri Jawa Tengah, Indonesia bisa membawa kedamaian untuk dunia dan Indonesia khususnya," katanya.
Usai upacara, Ganjar mengatakan harmonisasi pemimpin memang harus ditunjukkan agar mendorong semangat masyarakat untuk guyub dan bekerja, terlebih di hadapan para santri.
"Kompak, representasi Jawa Tengah representasi Indonesia. Perpaduan nasionalis religius," ujarnya.
Ganjar berharap, peringatan Hari Santri semakin mendorong semangat mengaji para santri dan mempelajari ilmu-ilmu lain sesuai perkembangan zaman, terlebih saat perayaan tahun ini, santri juga menerima hadiah yang luar biasa.
"Undang-Undang Pesantren juga telah diketok. Penyetaraannya juga bisa dengan sekolah umum dan bisa menjangkau akses publik, termasuk anggaran. Nah ke depan santri mesti bisa menyelesaikan masalah bukan menambah masalah," katanya.
Baca juga: PBNU: Hari Santri momentum penguatan pendidikan karakter
Baca juga: Khofifah: Hari Santri wujud dedikasi untuk perdamaian dunia