Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Komunikonten Hariqo Wibawa Satria mendorong pesantren memiliki "big data" atau mega data soal pemetaan sepak terjang santri di era Industri 4.0 yang basisnya data.

"Misalnya, berapa alumnusnya yang jadi guru, pengusaha, dan birokrat. Semakin banyak data, semakin detail data tersebut akan semakin bagus sehingga data juga menjadi salah satu bahan pertimbangan pesantren sebelum membuat keputusan," kata Hariqo saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan data juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Hal paling sederhana misalnya distribusi informasi, distribusi konten, dan berbagai produk pesantren.

Baca juga: PBNU: Pendidikan pesantren lebih unggul

Terkait dengan perkembangan pesantren dari sisi teknologi informasi,kata alumnus Pondok Modern Gontor itu, sejumlah ponpes sudah berhijrah dari penikmat konten menjadi produsen konten.

"Pesantren Tebuireng, Jombang, telah punya Rumah Produksi Film sejak 1 Juli 2018 dan sudah memproduksi dua film. Pondok Modern Gontor juga sudah punya Gontor TV juga sudah membuat akun Youtube sejak 3 April 2011," kata dia.

Ratusan video produksi Gontor TV hingga hari ini, 22 Oktober 2019, kata dia, sudah ditonton 42,902,855 kali. Ke depan, sejumlah pesantren agar terus memproduksi konten, terutama dengan bahasa asing, sehingga pesantren bisa diakses oleh warga dunia.

Hariqo mengutip pernyataan salah satu pendiri Ponpes Gontor K.H. Imam Zarkasyi, "Andai kata muridku tinggal satu, akan tetap kuajar, yang satu ini sama dengan seribu, kalaupun yang satu ini pun tidak ada, aku akan mengajar dunia dengan pena".

"Maksudnya untuk konteks sekarang, alumnus pesantren wajib mengajar, jika tidak punya pesantren, maka mengajarlah lewat telepon genggam," katanya.

Baca juga: PBNU: Yang buruk perangainya bukan santri
Baca juga: Pengamat: Pesantren berperan penting ajarkan Islam rahmatan lil alamin
Baca juga: Hari Santri amanatkan sebar Islam kasih sayang