Liga 2 Indonesia
Laga PSIM Yogyakarta kontra Persis Solo berakhir ricuh
21 Oktober 2019 22:49 WIB
Polisi mengamati mobil dinas yang dirusak massa di halaman Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Senin (21/10/2019). Satu mobil dinas polisi dibakar massa akibat kericuhan yang terjadi saat pertandingan sepak bola PSIM Yogyakarta melawan Persis Solo. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp/pri.
Yogyakarta (ANTARA) - Laga antara PSIM Yogyakarta melawan Persis Solo pada laga terakhir wilayah Timur Liga 2 Indonesia 2019 di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, dengan skor 2-3 diwarnai kericuhan, sehingga pertandingan terpaksa dihentikan, Senin.
Pada awal 45 menit babak pertama, baik PSIM maupun Persis Solo mampu bermain dengan baik. Meski bertanding dengan tensi tinggi, kedua tim saling serang dengan umpan-umpan pendek.
Persis Solo unggul lebih dulu melalui sepakan Hapidin pada menit ke-24. Skor berubah 0-1. Namun, pada menit ke-38, Christian Gonzales melalui sundulan kepalanya mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Skor 1-1 bertahan hingga babak pertama berakhir.
Baca juga: PSMS pastikan tiket delapan besar Liga 2 Indonesia
Memasuki babak kedua, menit ke-57, Persis Solo kembali mengungguli PSIM dengan kedudukan 1-2. Gol kedua Persis Solo dicetak oleh Slamet Budiono.
Belum puas unggul 1-2, tim tamu kembali menjebol gawang PSIM pada menit ke-61 berkat tendangan Nanang Asripin. Tidak berselang lama, gol Nanang dibalas oleh Christian Gonzales, sehingga skor sementara PSIM 2-3.
Menjelang akhir laga, kedua tim bermain dengan tensi meninggi. Bahkan, untuk berebut kemenangan, sejumlah pelanggaran dan kericuhan antar-pemain pun tak terelakkan.
Baca juga: Persis Solo terancam kehilangan dua pilar saat tandang ke PSIM
Para suporter yang sebelumnya masih berada di tribun penonton, akhirnya turun ke tengah lapangan karena terbawa emosi. Pertandingan yang belum rampung pun akhirnya dihentikan oleh wasit, karena situasi yang tidak kondusif.
Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Armaini di Stadion Mandala Krida mengatakan di pengujung pertandingan beberapa oknum suporter berupaya melampiaskan kemarahan mereka kepada para pemain Persis Solo. Namun, kepolisian dengan sigap sukses mengamankan dan mengevakuasi tim tamu.
"Kita prioritas mengevakuasi pemain Persis. Nah, bisa kita evakuasi, marah pula mereka (oknum suporter) sama polisi," keluh Armaini.
Pada awal 45 menit babak pertama, baik PSIM maupun Persis Solo mampu bermain dengan baik. Meski bertanding dengan tensi tinggi, kedua tim saling serang dengan umpan-umpan pendek.
Persis Solo unggul lebih dulu melalui sepakan Hapidin pada menit ke-24. Skor berubah 0-1. Namun, pada menit ke-38, Christian Gonzales melalui sundulan kepalanya mampu menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Skor 1-1 bertahan hingga babak pertama berakhir.
Baca juga: PSMS pastikan tiket delapan besar Liga 2 Indonesia
Memasuki babak kedua, menit ke-57, Persis Solo kembali mengungguli PSIM dengan kedudukan 1-2. Gol kedua Persis Solo dicetak oleh Slamet Budiono.
Belum puas unggul 1-2, tim tamu kembali menjebol gawang PSIM pada menit ke-61 berkat tendangan Nanang Asripin. Tidak berselang lama, gol Nanang dibalas oleh Christian Gonzales, sehingga skor sementara PSIM 2-3.
Menjelang akhir laga, kedua tim bermain dengan tensi meninggi. Bahkan, untuk berebut kemenangan, sejumlah pelanggaran dan kericuhan antar-pemain pun tak terelakkan.
Baca juga: Persis Solo terancam kehilangan dua pilar saat tandang ke PSIM
Para suporter yang sebelumnya masih berada di tribun penonton, akhirnya turun ke tengah lapangan karena terbawa emosi. Pertandingan yang belum rampung pun akhirnya dihentikan oleh wasit, karena situasi yang tidak kondusif.
Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Armaini di Stadion Mandala Krida mengatakan di pengujung pertandingan beberapa oknum suporter berupaya melampiaskan kemarahan mereka kepada para pemain Persis Solo. Namun, kepolisian dengan sigap sukses mengamankan dan mengevakuasi tim tamu.
"Kita prioritas mengevakuasi pemain Persis. Nah, bisa kita evakuasi, marah pula mereka (oknum suporter) sama polisi," keluh Armaini.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: