DAS Karang Mumus dirawat ratusan mahasiswa Untag Samarinda
21 Oktober 2019 20:36 WIB
Aktivis Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda Fitriani Sinaga (depan) bersama mahasiswa Untag Samarinda, Kaltim usai melakukan aksi perawatan DAS. (FOTO ANTARA/Ist)
Samarinda (ANTARA) - Sekitar 150 mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) Samarinda, Kalimantan Timur, melakukan perawatan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus Samarinda seperti membuat lubang tanam, menanam pohon, hingga membuat jalur di riparian untuk pejalan kaki.
"Dalam sepekan ini sudah empat kali Senat Fakultas Teknik Sipil Untag Samarinda ke Sekolah Sungai, mulai dari pembuatan jalur, lubang tanam, hingga penanaman bibit pohon," kata anggota Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Fitriani Sinaga di Samarinda, Senin.
Selama sepekan itu pula ia turut mendampingi rombongan Senat Fakultas Teknik Sipil Untag Samarinda. Bahkan ia yang mengarahkan jalur mana saja riparian (sempadan) sungai tersebut yang perlu dilakukan pembuatan lubang tanah, penyulaman tanaman yang mati, penanaman, hingga pemeliharaan pada tanaman yang sudah ditanam bulan lalu.
Mahasiswa Untag Samarinda juga menggagas kampusnya dalam aksi bersih-bersih massal di sungai tersebut, kemudian menanam sekitar 500 bibit pohon di zona riparian SKM.
Aksi itu, katanya, selain sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan kampanye agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai.
"Untuk aksi bersih-bersih dilaksanakan di Pangkalan Pungut I di Jalan Abdul Muthalib Samarinda, sedangkan untuk kegiatan penanaman pohon dilaksanakan di Sekolah SKM di kawasan Muang, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara," katanya.
Ia menambahkan bibit pohon yang ditanam di jalur hijau atau riparian SKM merupakan pohon khas air yang habitatnya memang di kawasan DAS, antara lain bibit pohon rengas, bungur, kademba/kratom, putat, pulai, singkuang, jabon, bayur, rumbia, dan bibit pohon bengalon.
Beberapa jenis bibit pohon yang ditanam tersebut, kata Fitriani Sinaga, sebagian bijinya diambilkan dari jalur hijau SKM karena di titik-titik tertentu ditumbuhi pohonnya, sementara untuk bibit pohon lain yang tidak ada ada di riparian SKM namun masih jenis tumbuhan air, bibitnya diambilkan dari DAS pada sungai lain seperti Sungai Mahakam.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana dari Senat Fakultas Teknik Sipil Untag Samarinda, Tatas Jerru Setiaji dalam giat tersebut mengatakan bahwa ke depan Senat Untag akan konsisten rutin merawat SKM dan akan berkoordinasi dengan GMSS-SKM terkait waktu dan kegiatan apa saja yang bisa dibantu, terutama menjaga ekosistem sungai.
"Pohon dan tanaman lain yang tumbuh di riparian baik yang tumbuh secara alami maupun dengan ditanam, sesungguhnya memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem sungai, antara lain menahan erosi, filtrasi alami, peneduh, asupan gizi bagi hewan air maupun hewan darat, dan sejumlah fungsi lain," katanya.
Baca juga: Puluhan orangutan berkeliaran di DAS Mangkutub Kapuas
Baca juga: Gorontalo kini punya Sekolah Sungai
Baca juga: Kalsel disebut KLHK bisa menjadi percontohan nasional rehabilitasi DAS
Baca juga: Ribuan hektare menjadi target pemulihan DAS Barito yang kritis
"Dalam sepekan ini sudah empat kali Senat Fakultas Teknik Sipil Untag Samarinda ke Sekolah Sungai, mulai dari pembuatan jalur, lubang tanam, hingga penanaman bibit pohon," kata anggota Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Fitriani Sinaga di Samarinda, Senin.
Selama sepekan itu pula ia turut mendampingi rombongan Senat Fakultas Teknik Sipil Untag Samarinda. Bahkan ia yang mengarahkan jalur mana saja riparian (sempadan) sungai tersebut yang perlu dilakukan pembuatan lubang tanah, penyulaman tanaman yang mati, penanaman, hingga pemeliharaan pada tanaman yang sudah ditanam bulan lalu.
Mahasiswa Untag Samarinda juga menggagas kampusnya dalam aksi bersih-bersih massal di sungai tersebut, kemudian menanam sekitar 500 bibit pohon di zona riparian SKM.
Aksi itu, katanya, selain sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan kampanye agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai.
"Untuk aksi bersih-bersih dilaksanakan di Pangkalan Pungut I di Jalan Abdul Muthalib Samarinda, sedangkan untuk kegiatan penanaman pohon dilaksanakan di Sekolah SKM di kawasan Muang, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara," katanya.
Ia menambahkan bibit pohon yang ditanam di jalur hijau atau riparian SKM merupakan pohon khas air yang habitatnya memang di kawasan DAS, antara lain bibit pohon rengas, bungur, kademba/kratom, putat, pulai, singkuang, jabon, bayur, rumbia, dan bibit pohon bengalon.
Beberapa jenis bibit pohon yang ditanam tersebut, kata Fitriani Sinaga, sebagian bijinya diambilkan dari jalur hijau SKM karena di titik-titik tertentu ditumbuhi pohonnya, sementara untuk bibit pohon lain yang tidak ada ada di riparian SKM namun masih jenis tumbuhan air, bibitnya diambilkan dari DAS pada sungai lain seperti Sungai Mahakam.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana dari Senat Fakultas Teknik Sipil Untag Samarinda, Tatas Jerru Setiaji dalam giat tersebut mengatakan bahwa ke depan Senat Untag akan konsisten rutin merawat SKM dan akan berkoordinasi dengan GMSS-SKM terkait waktu dan kegiatan apa saja yang bisa dibantu, terutama menjaga ekosistem sungai.
"Pohon dan tanaman lain yang tumbuh di riparian baik yang tumbuh secara alami maupun dengan ditanam, sesungguhnya memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem sungai, antara lain menahan erosi, filtrasi alami, peneduh, asupan gizi bagi hewan air maupun hewan darat, dan sejumlah fungsi lain," katanya.
Baca juga: Puluhan orangutan berkeliaran di DAS Mangkutub Kapuas
Baca juga: Gorontalo kini punya Sekolah Sungai
Baca juga: Kalsel disebut KLHK bisa menjadi percontohan nasional rehabilitasi DAS
Baca juga: Ribuan hektare menjadi target pemulihan DAS Barito yang kritis
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: