Kalteng, Kalbar dan NTT provinsi dengan lahan terbakar terbesar
21 Oktober 2019 18:46 WIB
Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Panjaitan dalam konferensi pers di KLHK, Jakarta, Senin (21/10/2019) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur adalah tiga provinsi dengan lahan terbakar paling besar pada 2019, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Tahun lalu di NTT itu (lahan terbakar) sebesar 109.000 hektare sekarang di NTT sekitar 119.000 hektare, ada kenaikan sekitar 10.000 hektare dan ini dilakukan usaha secara terpadu. Gubernur NTT dan pemerintah daerah sangat antusias, begitu ada kebakaran besar kita minta menteri menyurati ke semua gubernur dan mereka melakukan aksi pencegahan," ujar Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Panjaitan dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Gedung KLHK, Jakarta, Senin.
Menurut data KLHK sampai akhir September 2019, total luas indikatif lahan yang terbakar menurut interpretasi citra landsat adalah 857.756 hektare yang terdiri dari 630.451 ha lahan mineral dan 227.304 ha lahan gambut.
Dari total tersebut, Kalimantan Tengah adalah provinsi yang memiliki lahan terbakar terbesar dengan 134.227 ha terdiri dari 58.276 ha lahan mineral dan 75.951 ha lahan gambut.
Baca juga: KLHK targetkan restorasi gambut 2 juta ha 2030 sukses 90 persen
Di posisi kedua terdapat Kalimantan Barat dengan total lahan terbakar 127.462 ha yang terdiri dari 79.515 ha lahan mineral dan 47.947 ha lahan gambut.
Nusa Tenggara Timur menempati posisi ketiga dengan total luas lahan yang mengalami kebakaran hutan. Total lahan seluas 119.459 ha terbakar sampai akhir September 2019 dengan semuanya merupakan lahan mineral.
KLHK sejauh ini sudah melakukan proses hukum terhadap 79 korporasi pemegang konsesi dan satu perorangan terkait kebakaran hutan dan lahan.
Total 79 perusahaan itu memiliki 27.192 ha lahan yang terbakar dengan area milik perorangan sebesar 271 ha.
Dari 79 korporasi tersebut, 33 perusahaan memiliki lahan di Kalimantan Barat dan yang kedua terbesar Sumatera Selatan dengan 12 korporasi dan 10 perusahaan berada di Kalimantan Tengah.
Baca juga: BPPT tawarkan inovasi BioPeat, cegah kebakaran hutan dan lahan gambut
"Tahun lalu di NTT itu (lahan terbakar) sebesar 109.000 hektare sekarang di NTT sekitar 119.000 hektare, ada kenaikan sekitar 10.000 hektare dan ini dilakukan usaha secara terpadu. Gubernur NTT dan pemerintah daerah sangat antusias, begitu ada kebakaran besar kita minta menteri menyurati ke semua gubernur dan mereka melakukan aksi pencegahan," ujar Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Panjaitan dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Gedung KLHK, Jakarta, Senin.
Menurut data KLHK sampai akhir September 2019, total luas indikatif lahan yang terbakar menurut interpretasi citra landsat adalah 857.756 hektare yang terdiri dari 630.451 ha lahan mineral dan 227.304 ha lahan gambut.
Dari total tersebut, Kalimantan Tengah adalah provinsi yang memiliki lahan terbakar terbesar dengan 134.227 ha terdiri dari 58.276 ha lahan mineral dan 75.951 ha lahan gambut.
Baca juga: KLHK targetkan restorasi gambut 2 juta ha 2030 sukses 90 persen
Di posisi kedua terdapat Kalimantan Barat dengan total lahan terbakar 127.462 ha yang terdiri dari 79.515 ha lahan mineral dan 47.947 ha lahan gambut.
Nusa Tenggara Timur menempati posisi ketiga dengan total luas lahan yang mengalami kebakaran hutan. Total lahan seluas 119.459 ha terbakar sampai akhir September 2019 dengan semuanya merupakan lahan mineral.
KLHK sejauh ini sudah melakukan proses hukum terhadap 79 korporasi pemegang konsesi dan satu perorangan terkait kebakaran hutan dan lahan.
Total 79 perusahaan itu memiliki 27.192 ha lahan yang terbakar dengan area milik perorangan sebesar 271 ha.
Dari 79 korporasi tersebut, 33 perusahaan memiliki lahan di Kalimantan Barat dan yang kedua terbesar Sumatera Selatan dengan 12 korporasi dan 10 perusahaan berada di Kalimantan Tengah.
Baca juga: BPPT tawarkan inovasi BioPeat, cegah kebakaran hutan dan lahan gambut
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: